Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi optimistis diresmikannya Kota Lama mampu memberikan dampak berkelanjutan pada pergerakan perekonomian masyarakat, terutama kepada pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitaran kawasan tersebut.
"Di Kota Lama ini bisa dilihat ada kampung pecinan, ada juga Kampung Arab keberadaan titik itu mampu menjadikan roda ekonomi masyarakat bergerak," kata Eri dalam pidato sambutannya di "Grand Launching Kota Lama" di Surabaya, Rabu malam.
Ia manjelaskan bahwa Kota Lama juga memiliki Zona Eropa yang menjual pemandangan estetika gedung lawas era kolonial.
Tidak jauh dari zona tersebut melintang Jembatan Merah yang ikonik, sebagai salah satu medan pertempuran pejuang Tanah Air yang mencoba mempertahankan kemerdekaan dari Tentara Sekutu.
Eri menyatakan untuk di Tamam Jayengrono sudah terpajang replika mobil AWS Mallaby, jenderal pasukan Sekutu yang tewas dalam pertempuran bersejarah itu.
Kekuatan nilai sejarah dan simbol keberagaman itu disebutnya sebagai ciri khas Kota Lama Surabaya yang menarik minat kunjungan wisatawan, sehingga nantinya ekonomi masyarakat mampu terus hidup.
"Saat soft launching banyak yang datang dan grand launching ini ternyata antusiasnya luar biasa. Di Jakarta ada Kota Tua, Semarang juga ada, di Surabaya pun punya Kota Lama yang luar biasa," ucap dia.
Wali Kota Surabaya menyatakan peresmian Kota Lama merupakan upaya merawat sejarah dan menumbuhkan semangat kepahlawanan seluruh masyarakat.
"Ingat Bung Karno yang selalu mengatakan Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Di sini, di Jembatan Merah," ucapnya.
Kemudian, kata Eri, semangat perjuangan yang bisa diaplikasikan masyarakat di era modern adalah bergotong royong menyelesaikan persoalan, di antaranya stunting dan putus sekolah.
"Arek-arek Suroboyo, mari bersama-sama menggaungkan pantang kenal lelah, pantang menyerah, dan jangan pernah berhenti melakukan kebaikan," kata dia.
Pantauan ANTARA di lokasi, peresmian Kota Lama disaksikan secara langsung oleh ribuan masyarakat yang berkumpul di area halaman Gedung Internatio.
Acara itu dikemas menarik dengan menghadirkan beragam tarian tradisional dipadukan musik modern. Ada juga pertunjukan musikal yang bercerita tentang upaya rakyat Indonesia melawan supremasi para kaum elit Belanda.
Bahkan, bagian dinding depan Gedung Internatio disulap menjadi latar pemutaran foto dan video lawas yang memperlihatkan kehidupan warga Surabaya di era kolonial.
Pada akhir acara, Pemkot Surabaya menggelar pesta kembang api. Masyarakat pun langsung mengalihkan pandangannya ke langit Kota Lama.