Tiga Mahasiswa Mogok Makan "Peduli Papua" Sakit
Selasa, 29 November 2011 20:18 WIB
Jember - Tiga aktivis dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia wilayah Jember yang melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk solidaritas untuk rakyat Papua, Selasa, menderita sakit karena kondisi kesehatannya melemah.
"Dua dari tiga mahasiswa mogok makan yang sakit terpaksa dipulangkan ke rumahnya masing-masing karena kondisi kesehatannya semakin melemah," kata juru bicara GMNI Jember, Cahyo Wibisono.
Sebanyak 20 aktivis GMNI Jember, Senin (28/11), menggelar unjuk rasa yang dilanjutkan dengan membuka posko "Peduli Papua" di depan gedung DPRD Kabupaten Jember dan dibarengi aksi mogok makan.
Menurut Cahyo, mogok makan tersebut akan dilaksanakan selama empat hari sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang kurang serius menindaklanjuti kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua.
"Kami mendesak pemerintah untuk menindak tegas oknum TNI dan Polri yang terlibat dalam kerusuhan di Papua," katanya.
Sejumlah peserta mogok makan menutup mulutnya dengan plester atau lakban sebagai simbol keprihatinan rakyat Papua yang menderita di tengah kekayaan alam yang dikelola oleh pihak asing yakni PT Freeport.
"GMNI mendesak nasionalisasi PT Freeport secara khusus untuk rakyat Papua dan secara umum untuk bangsa Indonesia, agar tidak ada lagi rakyat Papua yang hidup menderita di bawah garis kemiskinan," paparnya.
Cahyo mengatakan, sejumlah mahasiswa yang melakukan aksi mogok makan tidak peduli dengan dehidarasi atau kekurangan cairan, namun mahasiswa yang kondisinya kritis terpaksa dipulangkan untuk mendapat perawatan.
Selain melakukan aksi mogok makan, GMNI Jember juga menggalang seribu tanda tangan untuk rakyat Papua yang akan dikirimkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui DPRD Jember.
"Kami juga meminta dukungan tanda tangan anggota DPRD Jember untuk memberikan pernyataan resmi dalam mendukung tuntutan GMNI Jember," katanya menambahkan.
Sejumlah aktivis GMNI juga membawa poster yang bertuliskan "Tindak tegas oknum TNI dan Polri yang terlibat dalam kerusuhan di Papua", "Stop eksploitasi pihak asing atas Papua", dan "Duka Papua, Duka Indonesia". (*)