50 Persen Sumber Air Trenggalek Alami Penyusutan
Selasa, 29 November 2011 19:52 WIB
Trenggalek - Hampir 50 persen lebih sumber-sumber air di Kabupaten Trenggalek ditengarai terus menyusut seiring kerusakan lingkungan serta anomali cuaca selama satu dasawarsa terakhir.
"Tingkat kerusakannya hampir mencapai 50 persen. Sebagian mati sama sekali, tapi kebanyakan mengalami penyusutan debit cukup signifikan," ungkap Kabid Rehabilitasi Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Trenggalek Puji Harto, Selasa.
Ia menuding faktor kerusakan/perusakan lingkungan sebagai penyebab utama hilangnya beberapa sumber air yang sebelumnya sempat terdeteksi mencapai 600-an titik.
Berkurangnya tingkat vegetasi tanaman kayu yang bersifat menahun di sekitar sumber air, pada kelanjutannya menyebabkan intensitas serapan air tanahikut berkurang.
Berdasar hasil evaluasi tim rehabilitasi di KLH Trenggalek, fenomena perusakan lingkungan yang berdampak langsung terhadap ketersediaan sumber air paling banyak terjadi pada akhir tahun 1990-an hingga pertengahan tahun 2007.
Setelah itu, lanjut Puji Harto, kondisi sumber air yang tersisa cenderung stabil seiring gerakan penghijauan secara masif yang dilakukan pemerintah, perhutani, maupun kalangan swasta hingga saat ini.
"Sebagian memang sudah berangsur pulih. Tapi jika potensi perusakan lingkungan seperti yang sudah pernah terjadi tidak diantisipasi, penyusutan pada sejumlah sumber air bisa kembali terjadi dan dampaknya bisa lebih parah," ujar dia.
Berbagai upaya pencegahan sebenarnya telah diupayakan KLH Trenggalek dengan cara melakukan gerakan penanaman di sejumlah area yang menjadi pusat sumber air.
Namun ia mengakui, gerakan tersebut sampai saat ini belum maksimal. Selain alasan kwantitas, masalah geografis atau lokasi sebagian besar sumber air yang berada di pelosok pedalaman yang sulit membuat gerakan penghijauan di sekitar sumber air hanya menjangkau sebagian saja.
"Selain melalui gerakan penghijauan sebenarnya kami juga melakukan pendekatan budaya, tujuannya supaya masyarakat yang berada di sekitar sumber air bisa lebih peduli terhadap kelestarian lingkungannya, terutama terhadap potensi penyusutan maupun hilangnya mata air yang menjadi sumber kehidupan mereka," kata Puji. (*)