Surabaya - Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia menengarai jamu "cespleng" atau berkhasiat secara langsung karena dicampur bahan kimia justru berbahaya, karena menyebabkan "penyakit berat" pun meningkat seperti ginjal, liver, jantung, dan sejenisnya. "Maraknya peredaran jamu bercampur bahan kimia obat itu memberikan andil pada meningkatnya penderita penyakit berat, termasuk gagal ginjal, gangguan liver, jantung, dan lain-lain," kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Jawa Timur, Dra Minarni Purnomo, di Surabaya, Minggu. Di sela-sela "Lokakarya Registrasi Obat Tradisional" yang diikuti 80-an pemilik dan penanggung jawab industri kecil obat tradisional di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, ia menjelaskan hal itu mensyaratkan perlunya mendapatkan pengawasan ketat terhadap jamu yang ada. "Tanpa hal itu, jamu yang saat ini didaku (klaim) bisa meningkatkan energi dan kekuatan bagi konsumennya itu justru menyebabkan penyakit berat di kemudian hari," kata Minarni yang juga pemilik sebuah industri jamu itu. Oleh karena itu, ia mengimbau produsen obat tradisional dan masyarakat pun harus semakin arif dengan tidak mengharapkan jamu "cespleng" untuk mengatasi masalah kesehatan mereka. "Kalau minum jamu langsung badan segar, waspadalah," katanya di sela-sela lokakarya yang diikuti pelaku bisnis obat tradisional yang mayoritas generasi penerus bisnis yang bersifat turun temurun itu. Puluhan pelaku bisnis penerus bisnis obat tradisional itu berharap bahwa produk obat yang dihasilkan tetap laku di masyarakat seperti yang dialami generasi terdahulu. Namun, harapan itu masih belum sepenuhnya terwujud, karena sekarang justru merajalelanya produk jamu yang dibuat dengan campuran bahan kimia obat yang beredar di masyarakat, sehingga bisnis mereka pun "kembang kempis". "Tuntutan konsumen adalah jamu yang cespleng, sementara tidak mungkin jamu berkhasiat cespleng tanpa campuran bahan kimia obat," kata seorang pemilik industri dari Jember. Hal senada disampaikan pula oleh beberapa pengusaha dari Kediri dan Surabaya yang harus bersusah payah mempertahankan kelangsungan usaha mereka di tengah gencarnya produk jamu berbahan kimia obat. "Tidak mudah, karena produk kami pasti tidak dapat memenuhi harapan konsumen yang selalu ingin jamu cespelng," kata mereka dalam acara yang juga dihadiri Ketua GPJI Jawa Timur, pimpinan Fakultas Farmasi Unair, Prof Dr H Mochamad Yuwono MS Apt (pakar obat tradisional dari Fakultas Farmasi Unair), dan Dr Mangestuti Apt MS (ahli tanaman obat-obatan dari Fakultas Farmasi Unair) itu. Dalam workshop itu, pembicara dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi Jawa Timur Drs Agus Singgih P Apt mengingatkan bahwa produksi obat tradisional Indonesia harus segera memenuhi ketentuan BPOM, yaitu cara pembuatan obat tradisional yang benar (CPOTB). "CPOTB itu penting untuk persiapan menjelang harmonisasi ASEAN di bidang obat tradisional yang akan berlaku tahun 2015, karena itu perlu kesabaran dan keuletan bagi produsen obat tradisional untuk memenuhi syarat mutu, khasiat, dan keamanan," katanya. (*)
GPJI: Jamu Cespleng Sebabkan Ginjal, Liver, Jantung
Minggu, 13 November 2011 10:21 WIB