Bojonegoro - Produksi tanaman tembakau Virginia Voor Oosgt (VO) di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, Bojonegoro, yang dipanen setelah hujan masih tetap laku dijual dengan harga rendah, karena kualitasnya jauh menurun dibandingkan sebelum turun hujan. "Harga tembakau rajangan Virginia VO sekarang ini rendah hanya Rp6.000 per kilogram, kalau kualitasnya agak bagus bisa mencapai Rp12.000 per kilogram, padahal sebelum hujan sempat mencapai Rp33 ribu per kilogram," kata seorang petani Desa Samberan, Kecamatan Kanor, Mubin (55), Minggu. Mubin mengaku, menanam 12.000 pohon yang ditanam akhir Juni, sehingga ketika menginjak panen petikan ketiga dan keempat pertengahan Oktober lalu, turun hujan. Akibatnya, harga tembakau rajangan, turun menjadi Rp17.000/kg, di lain pihak karena terkena hujan tanaman tembakaunya produksinya meningkat. Meski harga turun, jelasnya, tidak mengurangi keuntungan yang diperoleh dalam menanam tembakau, dengan perhitungan 1.000 pohon memperoleh keuntungan minimal Rp1 juta. Sebab, hujan yang turun tersebut membuat produksi tanaman tembakaunya meningkat, berkisar 40 persen dibandingkan tanpa hujan. Ia mencontohkan, tembakau rajangan sebelum turun hujan sebanyak 40 kilogram, dengan harga Rp25.000, bisa memperoleh uang Rp1 juta. Setelah hujan, tembakau rajangan 60 kilogram dengan harga Rp17.000/kg, perolehannya Rp1 juta lebih. "Hujan turun, harga juga turun, tapi beratnya bertambah karena tembakau menjadi berkembang," kata seorang petani lainnya di Desa Samberan, Sholeh (35) yang mengaku, menanam 40.000 pohon dan separuhnya dipanen setelah hujan. Di Kecamatan Kanor, lanjut Sholeh, dibenarkan Mubin, ada sejumlah desa yang panennya dilakukan setelah hujan turun, selain di Desa Samberan, juga Desa Nglarangan, Palembon, Sedeng, Temu, Simorejo dan Bunggur. "Rata-rata tanaman tembakau di Kecamatan Kanor, sudah panen petikan terakhir, tapi petani masih menjemur tembakau dan pedagang masih terus memburu untuk melakukan pembelian," kata Sholeh mengungkapkan. Secara terpisah, Kepala Dinas Perhutanan dan Perkebunan Bojonegoro, Achmad Djupari mengaku, optimis tanaman tembakau di wilayahnya baik yang ditanam sesuai jadwal, maupun di luar jadwal tetap bisa diserap pabrikan dan pedagang. Pertimbangannya, menjelang akhir panen ini, pedagang dari luar daerah masih melakukan pembelian, seperti dari Madura, Probolinggo, serta Parakan, Klaten dan Temanggung, Jawa Tengah. Para pedagang itu, katanya, melakukan pembelian tembakau baik Virginia VO rajangan dan krosok, karena untuk dijual kembali di daerahnya dengan harga yang lebih tinggi. Meskipun tembakau yang dibeli di Bojonegoro tersebut sebagian besar merupakan petikan atas. "Status tembakau di daerah para pedagang diakui produk daerah setempat," katanya menjelaskan. Berdasarkan data pada Kantor Dinas Perhutanan dan Perkebunan, tanaman tembakau Virginia VO yang ditanam, sesuai jadwal, Mei-juni, luasnya mencapai 12.250 hektare. Sedangkan tembakau yang ditanam di luar jawal berkisar Juli, yang diperkirakan luasnya mencapai 1.000 hektare, sekarang ini, sudah mendekati akhir panen. (*).
Tembakau Di Bojonegoro Masih Laku Dijual
Minggu, 6 November 2011 18:37 WIB