Banyuwangi (ANTARA) - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) kembali menetapkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah terinovatif se-Indonesia dalam program Innovative Government Award (IGA) 2023.
Apresiasi kredibel dari pemerintah pusat bagi setiap inovasi instansi pemerintahan itu berhasil dipertahankan oleh Pemkab Banyuwangi selama enam tahun berturut-turut.
"Seperti yang pernah disampaikan Bapak Presiden bahwa setiap daerah harus berani membuat terobosan, tidak boleh monoton. Inilah yang terus kami budayakan di Banyuwangi, agar kami bisa terus ber-progress meski dihadapkan pada berbagai tantangan," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam keterangannya di Banyuwangi, Jatim, Selasa.
Menurut ia, budaya inovasi yang dikembangkan Banyuwangi tak sekadar mengikuti tren, akan tetapi dirancang agar terintegrasi dan partisipatif. Sehingga tak kurang dari 207 inovasi yang didaftarkan memiliki keterkaitan dan terdapat pelibatan masyarakat di dalamnya.
Bupati Ipuk mencontohkan seperti halnya penanganan stunting melalui program inovatif Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS), berbagai inovasi yang berbasis digital ataupun non-digital diintegrasikan.
Dari data hingga jenis intervensi yang dibutuhkan untuk penanganan stunting dari setiap bayi dua tahun dapat dipantau melalui inovasi Smart Kampung yang berbasis digital.
"Dari sini, warga dapat berpartisipasi aktif untuk turut melakukan penanganan maupun pengawasan terhadap stunting," kata Ipuk.
Tak hanya itu, lanjut Ipuk, inovasi ini juga melibatkan banyak pihak lainnya, di antaranya adalah inovasi Laskar Sakinah yang merupakan para wanita pedagang sayur keliling yang dilibatkan untuk mengantarkan makanan bergizi setiap harinya bagi ibu hamil berisiko tinggi maupun ke balita stunting.
Dari keterlibatan ini, kata Ipuk, multiplier effect-nya meluas dan tidak sebatas penanganan stunting tapi juga memberikan peningkatan ekonomi kepada masyarakat yang terlibat.
"Ini ruh dari setiap inovasi yang kami cetuskan. Harus ada dampak nyata," ucapnya.
Data diperoleh, dengan penguatan budaya inovasi yang terintegrasi, partisipatif dan berdampak tersebut, berkorelasi dengan sejumlah pencapaian.
Di antaranya adalah peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, dari Rp49,99 juta di tahun 2021 kini naik menjadi Rp53,87 juta pada 2022.
Sama halnya dengan kemiskinan, berdasarkan data BPS kemiskinan di Banyuwangi pada 2022 berkurang dari 8,07 persen menjadi 7,34 persen pada 2023, sudah lebih rendah dibanding era sebelum pandemi COVID-19.