Produksi Perajin Keripik Buah di Madiun Meningkat
Rabu, 2 November 2011 14:57 WIB
Madiun - Produksi sejumlah perajin keripik buah yang berada di Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, meningkat hingga dua kali lipat menyusul musim buah seperti nangka dan mangga di berbagai daerah penghasil.
Salah satu perajin keripik buah di desa setempat, Marwanto, Rabu, mengatakan, produksi keripik nangka dan mangga saat ini meningkat hingga mencapai 1 ton per hari atau meningkat dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
"Bahan baku sedang mudah dicari, selain itu harganya juga murah karena stok di pasaran yang melimpah akibat panen. Keadaan ini berimbas pada peningkatan produksi keripik buah kami," ujar Marwanto kepada wartawan.
Menurut dia, jumlah produksi yang mencapai 1 ton per hari untuk keripik nangka dan mangga tersebut, belum termasuk produksi keripik buah lainnya yang tidak tergantung musim, di antaranya adalah keripik salak dan nanas.
Selain itu, murahnya bahan baku saat panen buah seperti ini, membuat pihaknya meraup keuntungan yang cukup besar. Harga keripik buahnya tersebut dijual antara Rp90 ribu per kilogram hingga Rp130 ribu per kilogram. Omzet penjualannya mencapai Rp10 juta per hari.
"Keripik buah ini cukup diminati di pasaran sejumlah daerah. Hal ini karena pengolahanya yang alami, yakni tidak memakai campuran apapun. Sehingga dijamin tetap mempertahankan rasa buah aslinya," terang Marwanto.
Untuk pasar, lanjut dia, keripik buah yang dibuatnya ini telah mampu memenuhi kebutuhan hampir di seluruh Indonesia, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Bogor, hingga luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan. Bahkan pihaknya sudah pernah ekspor ke sejumlah negara seperti Amerika dan beberapa negara di Asia.
Bersama sekitar 25 orang karyawannya, Marwanto terus berproduksi. Pihaknya optimistis, usaha yang telah digelutinya sejak 10 tahun terakhir ini mampu bertahan dan sukses.
Meski demikian, pihaknya mengaku masih menghadapi kendala tentang sulitnya proses administrasi dan ketatnya uji medis luar negeri saat hendak ekspor. Hal inilah yang membuat ekspor keripik buahnya berjalan melalui jasa pihak ketiga.
"Karena itu, kami berharap ada peran dari pemerintah untuk membantu pemasaran khususnya ekspor ke berbagai pasar di luar negeri," tambah Marwanto.
Salah satu karyawan, Agus, mengatakan, selain memberikan lapangan pekerjaan kepada warga desa setempat, produksi keripik buah di Desa Kedondong, Kebonsari, telah membuat daerah ini maju dan dikenal.
"Bertahannya dan tetap berproduksinya usaha ini telah membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan yang mayoritas adalah warga desa setempat. Selain keripik nangka dan mangga, juga terdapat keripik nanas, salak, dan buah lainnya. Semuanya rasanya asli karena dibuat tanpa campuran pemanis," kata Agus. (*)