Washington (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) kembali melanjutkan penerbangan pesawat nirawak (drone) pengintai di Jalur Gaza setelah sempat ditangguhkan selama gencata senjata yang dilakukan Israel dan Hamas, menurut konfirmasi Pentagon pada Kamis.
"Untuk mendukung upaya pembebasan sandera, AS telah melanjutkan penerbangan UAV tak bersenjata di Gaza, dan kami terus memberikan saran dan bantuan untuk mendukung mitra kami Israel dalam upayanya membebaskan sandera," kata juru bicara Pentagon Lisa Lawrence dalam sebuah pernyataan.
AS secara terbuka mengonfirmasi bahwa mereka menerbangkan drone di atas Gaza pada 3 November, dan mengatakan bahwa drone tersebut dioperasikan untuk membantu upaya pembebasan lebih dari 240 sandera yang ditahan pada 7 Oktober ketika Hamas melancarkan serangan lintas batas di Israel.
Selama masa gencatan senjata selama tujuh hari, yang berakhir pada 1 Desember, Hamas dan Israel bertukar tawanan, dengan Israel menyerahkan tiga warga Palestina yang mereka tahan untuk menerima satu sandera yang dibebaskan Hamas.
Baca juga: Tidak ada kontak Rusia-AS setelah insiden "drone" di Laut Hitam
Secara keseluruhan, 138 sandera diyakini masih berada dalam tahanan Hamas atau kelompok bersenjata Palestina lainnya.
Keluarga dari sandera asal Israel yang ditawan di Gaza pada Senin mengancam akan meningkatkan upaya mereka menekan pemerintah Israel agar melanjutkan perundingan tidak langsung dengan Hamas.
Keluarga-keluarga tersebut berencana memulai protes tanpa henti jika negosiasi terkait sandera tidak dilanjutkan, menurut surat kabar Israel Haaretz.
Pertemuan kabinet Israel pada Rabu yang dihadiri perwakilan dari keluarga sandera digambarkan dalam laporan media sebagai pertemuan yang diliputi kekacauan dan penuh ketegangan.
Sumber: Anadolu
Drone AS terbang di Gaza setelah gencatan senjata usai
Jumat, 8 Desember 2023 12:55 WIB