Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia mengembangkan varietas tanaman pangan yang tahan terhadap kekeringan ekstrem sebagai dampak El Nino yang terjadi di Indonesia.
Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Leli Nuryati dalam keterangannya di Mojokerto, Jumat mengatakan puluhan varietas tanaman pangan, seperti padi, jagung, kedelai dan kacang tanah telah diujicobakan di kebun pemeriksaan substantif perlindungan varietas tanaman dataran rendah, di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.
"Ada lebih dari 50 varietas tanaman pangan yang telah ditanam di lahan milik Kementan sejak Agustus lalu, saat dampak El Nino mulai terasa di Indonesia. Saat ini, varietas yang telah diujicobakan tersebut akan memasuki masa panen," katanya.
Ia mengatakan, para petani tidak perlu khawatir cuaca panas ekstrem yang terjadi di Indonesia akan berdampak pada tanaman pertaniannya. Karena dari hasil uji coba yang telah dilakukan, benih yang dikembangkan mampu berkembang dengan baik.
“Seperti yang kita lihat bersama tadi di lahan, bahwa meski kita tanam di tengah cuaca panas seperti saat ini, hasilnya bisa kita lihat, produktifitas padi, jagung maupun tanaman lainnya tetap baik," kata Leli.
Benih tanaman pangan yang diujicobakan di lahan pertanian Kementan tersebut merupakan hasil kerjasama dengan sejumlah industri pertanian dan universitas yang ada di Indonesia.
Baca juga: Pemkab Mojokerto ajak beli produk lokal tingkatkan perekonomian
Industri benih, industri obat-obatan pertanian, dan kalangan akademisi diajak bersama-sama untuk mengembangkan pertanian Indonesia agar semakin maju, dan tahan terhadap segala kondisi sehingga menjaga ketahanan pangan di dalam negeri.
Baca juga: Pemkab Mojokerto ajak beli produk lokal tingkatkan perekonomian
Industri benih, industri obat-obatan pertanian, dan kalangan akademisi diajak bersama-sama untuk mengembangkan pertanian Indonesia agar semakin maju, dan tahan terhadap segala kondisi sehingga menjaga ketahanan pangan di dalam negeri.
Sejumlah mitra yang ikut ambil bagian bersama Kementan di antaranya Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), Kelompok Tani Andalan (KTNA), Asosiasi Produsen Pestisida Indonesia (APROPI), serta sejumlah akademisi dari Institus Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Bina Nusantara Unggul, dan masyarakat Perbenihan dan Pembibitan (MIPPI).
"Tentunya dengan dukungan pemangku kepentingan industri pertanian, pemerintah daerah, serta pelaku usaha, inovasi pertanian di Indonesia akan terus semakin berkembang," ujarnya.
Ketua Umum APROPI, Yanurius Nunuhitu menyambut baik kesepahaman yang dilakukan Kementan bersama sejumlah pemangku kepentingan pertanian di Indonesia.
Dengan adanya kesepahaman ini, maka ke depannya maka transparansi dan kemudahan pengembangan pertanian, mulai dari perizinan hingga proses pengolahan pascapanen di Indonesia akan semakin baik.
Dengan adanya kesepahaman ini, maka ke depannya maka transparansi dan kemudahan pengembangan pertanian, mulai dari perizinan hingga proses pengolahan pascapanen di Indonesia akan semakin baik.
“Tentunya, dengan adanya kesepahaman ini akan meningkatkan perekonomian Indonesia secara umum. Dunia pertanian khususnya. Karena pertanian, khususnya tanaman pangan merupakan kebutuhan utama sebuah negara,” kata Yanu, di sela-sela kegiatan Agri-Investment Forum and Expo (AIFE) yang digelar di Mojosari, Kabupaten Mojokerto.