"Diskusinya cukup panjang dan cukup menarik karena keingintahuan mereka tentang dinamika politik pasca-pendaftaran bakal capres dan cawapres," kata Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur Muhammad Sarmuji dalam keterangan di Surabaya, Jumat.
Sarmuji mengatakan diskusi terutama menyangkut politik antara idealis dan realita politik. Menurutnya, politik sebagaimana yang diistilahkan oleh filosof Yunani adalah kebajikan politik paling tinggi.
"Politik disebut sebagai kebajikan umum paling tinggi karena hanya melalui politik urusan masyarakat bisa dikelola. Kita bisa berprofesi apa saja, tetapi kebijakan publik yang menyangkut orang banyak dihasilkan melalui politik," ujarnya.
Diskusi berkembang menyikapi keputusan Partai Golkar mengusung Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden. Yang mengejutkan tidak ada sikap antipati dari mahasiswa terhadap Gibran.
Terhadap pencalonan Gibran, Sarmuji menjelaskan bahwa semua berproses secara politik. Sebagai sebuah partai, tentu Golkar berharap Ketua Umum Airlangga Hartarto yang diusung sebagai Cawapres. Juga ada nama lain seperti Erick Thohir dan Khofifah Indar Parawansa.
"Semua berproses dan tentu kami ingin Pak Airlangga sebagai cawapres, tetapi politik adalah konsensus karena ada nama lain juga yang diusung oleh partai lain. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan Mas Gibran yang dipilih," ucap dia.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI tersebut juga memastikan pilihan pada Gibran mempertimbangkan faktor elektoral.
"Tampilnya Mas Gibran adalah simbolisasi kepercayaan terhadap anak muda terutama yang sudah berpengalaman. Sekarang anak muda memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin bangsa. Kalau kesempatan saja tidak diberikan kapan anak muda bisa membuktikan kemampuannya," ucap Sarmuji
"Langkah kami selanjutnya akan menggaungkan dan mensosialisasikan ke masyarakat serta membawa untuk kemenangan Prabowo- Gibran," tutur dia menambahkan.