Surabaya (ANTARA) - The Grand Taman Safari Prigen Jawa Timur menambah sejumlah koleksi hewan maupun wahana barunya memasuki tahun ke-25 dalam perjalanannya memelihara dan merawat satwa di alam dalam hutan.
"Ada empat yang baru, yaitu satwa, perbaikan fasilitas, hiburan hingga wahana bermain," ujar Vice President Event, Media dan Digital Taman Safari Indonesia Group Alexander Zulkarnain di Surabaya, Selasa.
Satwa barunya adalah Capybara, kemudian perbaikan fasilitas rumah makan "Tiger Cave", lalu sarana hiburan "Australiana Sunset Carnival", serta "Maze House" atau wahana permainan outdoor yang bisa dinikmati anak-anak.
Menurut Alex, sapaan akrabnya, di usia ke-25 tahun The Grand TSI Prigen berkomitmen menyelaraskan dan menyeragamkan diri bersama seluruh grup Taman Safari se-Indonesia.
"Penyelarasan terlihat pada logo, lalu hashtag dan memberikan yang terbaik bagi pengunjung, termasuk penambahan-penambahan sesuatu yang baru. Tentu semuanya dengan tidak melupakan hakikat komitmen pada usaha-usaha konservasi," ucap dia.
The Grand TSI Prigen Jatim merupakan salah satu unit lembaga konservasi yang didirikan 29 Desember 1997 dan dibangun di atas lahan seluas 250 hektare di kaki Gunung Arjuna di Kabupaten Pasuruan.
Terdapat lebih dari 2.000 ekor satwa dan 200 spesies yang berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Gajah Sumatera, Jerapah, Harimau, Penguin Humbolt hingga aneka jenis fauna lainnya.
Tak hanya itu, The Grand TSI Prigen Jatim dikenal sebagai taman safari terbesar dan terluas di Asia dengan koleksi satwa terbanyak yang di dalamnya terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu "Safari Adventure/Journey" meliputi empat kawasan, masing-masing Amerika-Eropa, Carnivore, Asia serta Afrika.
Berikutnya adalah "Recreation Area", "Safari Water World", lima unit rumah makan, "Baby Zoo" dan kawasan Australiana dengan koleksi satwa asli Australia seperti wombat, kanguru, wallaby, domba merino, burung emu, kelinci dan lainnya.
Masuki usia 25 tahun, The Grand TSI Prigen tambah satwa dan wahana anak
Selasa, 10 Oktober 2023 21:44 WIB
Tentu semuanya dengan tidak melupakan hakikat komitmen pada usaha-usaha konservasi