Malang Raya (ANTARA) - Empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya membuat lampu siap siaga gempa atau LAGA GEMPA yang bisa digunakan sebagai alat peringatan dini otomatis di daerah rawan gempa bumi.
Ketua Tim Inovasi LAGA GEMPA Yusuf Yuaniar menyampaikan bahwa lampu tersebut dapat membantu warga segera mengetahui kejadian gempa bumi dan melakukan upaya penyelamatan.
"Dengan bunyi alarm yang bisa menjangkau dua sampai tiga kamar tidur. Dengan begitu, korban jiwa akibat bencana gempa bumi dapat diminimalisasi," katanya di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Ia menyampaikan bahwa LAGA GEMPA yang berwarna putih hangat dan berbentuk prisma trapesium menggunakan baterai Li-ion 18650 yang dapat diisi ulang dayanya sehingga bisa menghemat biaya.
"Memiliki daya 13.000 mAh, alat ini dapat menyala seharian penuh dan dapat diisi ulang dayanya selama delapan jam," kata dia.
Menurut dia, LAGA GEMPA diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Inovasi tersebut berhasil mendapat pendanaan dari kementerian dan saat ini dalam tahap pemasaran.
"Alat ini sudah dipasarkan ke instansi pendidikan, rumah kos, dan daerah rawan gempa bumi. Lokasi tersebut memerlukan sebuah peringatan pertama guna mitigasi bencana gempa bumi," kata Yusuf.
Menurut dia, LAGA GEMPA sudah digunakan di Malang, Cianjur, Yogyakarta, Aceh, dan Probolinggo.
"Kami membuka preorder dan sudah dipasarkan melalui freelancer di Aceh, Yogyakarta, Lombok, Bogor, Probolinggo, Malang, dan sekitarnya," katanya.
"Alat ini seharga Rp400 ribu untuk satu lampu, dengan keunggulan dapat mendeteksi gempa bumi mulai dari getaran rendah, menengah, hingga tinggi, disertai bunyi alarm yang berbeda-beda," ia menambahkan.
Tim Inovasi LAGA GEMPA Fakultas Teknik Universitas Brawijaya meliputi Yusuf Yuaniar, Cyril Wahyu Dwi Anugrah (Teknik Elektro), M. Fajar Arif (Teknik Elektro), dan Deca Melani (Perencanaan Wilayah dan Kota).