Nganjuk - Perum Perhutani wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk, Jawa Timur, masih menyelidiki kasus kebakaran hutan jati yang melanda kawasan hutan tersebut sejak Selasa (4/10). "Kami masih selidiki kasus tersebut. Kami hingga kini belum temukan pelaku, karena memang sulit," kata Administratur Perum Perhutani Nganjuk, Slamet Dwinarto di Nganjuk, Rabu. Kebakaran hutan melanda kawasan Perhutani Nganjuk, di kawasan Pegunungan Lengko, tepatnya di Petak lima, Kesatuan Pemangkuan Resor Hutan (KPRH) Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, sejak Selasa (4/10). Tanaman yang terbakar itu adalah hutan jati, yang merupakan tanaman resmi di Perhutani tersebut. Luas lahan yang terbakar diprediksi hingga delapan hektare yang tersebar di daerah itu. Umur tanaman juga masih belum lama, sekitar delapan tahun. Slamet mengatakan, kebakaran itu melanda areal hutan jati. Namun, kebakaran itu hanya permukaan tanah, hingga dipastikan tidak akan merusak tanaman jati. "Yang terbakar hanya alang-alang dan daun kering saja, sementara tanaman tidak akan rusak. Pohon jati lebih kuat jika ada kejadian kebakaran, berbeda dengan tanaman lain, seperti pinus, yang jika terbakar bisa mati," katanya. Pihaknya juga sudah mengerahkan petugas untuk memadamkan api di lokasi kebakaran, dengan membuat "lalaran". Api akan dengan sendirinya padam, karena sudah tidak ada media untuk merembet. Ia menduga, kebakaran itu sengaja dilakukan oleh pihak tidak bertanggungjawab. Dimungkinkan ada yang sengaja membakar agar tanaman baru keluar, untuk keperluan pakan ternak. "Bisa juga ada aksi penjarahan hutan, dengan sengaja membakar petak lain, untuk mengecoh petugas. Tapi, kami selalu siaga," ucapnya. Hingga kini, luas lahan Perhutani Nganjuk yang terbakar sekitar 61,2 hektare. Luas lahan itu masih lebih kecil daripada keseluruhan lahan milik Perhutani Nganjuk yang mencapai 20.000 hektare. Kejadian itu tercatat mulai memasuki kemarau, sekitar Juli 2011. Pihaknya memprediksi, musibah kebakaran seperti ini masih akan terus terjadi selama kemarau. Pihaknya meminta, masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian hutan, dengan tidak membakar ataupun membuat api di sekitar hutan. Selain kawasan hutan bisa rusak, sejumlah makhluk mikro di dalam tanah bisa mati, hingga bisa menganggu kesuburan tanah. (*)
Perhutani Nganjuk Selidiki Kebakaran Hutan Jati
Rabu, 5 Oktober 2011 9:29 WIB