Pantauan ANTARA, Senin, teatrikal tersebut merekontruksikan perebutan markas polisi yang saat itu diduduki oleh Jepang pascapengumuman Kemerdekaan Republik Indonesia.
Mulai dari penggantian bendera Matahari Terbit milik Jepang ke Merah Putih hingga pembacaan teks Proklamasi Polri yang dilanjutkan dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya.
Ketua Komunitas Surabaya Juang Heri Prasetyo atau biasa dikenal dengan sebutan Heri Lentho mengatakan teatrikal ini digelar untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya nilai-nilai sejarah yang dimiliki oleh Bangsa ini.
"Tentunya kegiatan ini untuk mengingatkan kembali atau me-refresh bagaimana perjuangan para pejuang dalam Kemerdekaan Republik Indonesia, salah satunya yang dilakukan di Gedung Polisi Istimewa ini," ujarnya usai teatrikal tersebut di depan Gedung Polisi Istimewa Surabaya.
Selain itu, pihaknya secara tidak langsung ingin menanamkan nilai-nilai Nasionalisme dalam bentuk yang lebih kreatif seperti teatrikal itu.
"Setiap tahun kami selalu menggelar rekontruksi sejarah meskipun terkadang tidak di tempat aslinya, seperti hari ini, biasanya kami menggelar di monumen Polri, tapi hari ini kami bersyukur bisa menggelar di tempat aslinya," ucapnya.
Oleh karena itu, dirinya berharap agar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sejarah bisa sering digelar, terlebih di tempat aslinya seperti yang telah terjadi di masa lampau.
"Semoga bisa terus berlangsung kegiatan-kegiatan yang mengingatkan sejarah, kalau saat ini sejarah terkait awal mulanya polisi Indonesia berjaya dan di gedung inilah dari bukti-bukti yang ada Polri bermula," tuturnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto saat dikonfirmasi wartawan mengatakan mengapresiasi gelaran teatrikal yang berkaitan dengan sejarah di gedung Polisi Istimewa Surabaya.
Menurut dia, markas polisi istimewa pertama kali sebelum era kemerdekaan berada di gedung yang berlokasi di dekat Simpang Empat Jalan Polisi Istimewa Surabaya.
"Pasukan Polisi Istimewa berhasil menduduki gedung tersebut dari penjajah," tuturnya.
Namun, lanjutnya, dulu kantor polisi tersebut di sisi seberang gedung, yang saat ini menjadi monumen patung M Jasin.
"Gedung Polisi Istimewa itu pindahan dari pos polisi yang ada di patung M Jasin itu," katanya.
Menurut sejarah, dulunya bernama Coen Boulevaard, tetapi oleh masyarakat kala itu dijuluki Jalan Coen.
"Nama itu diambil dari Jan Pieterszoon Coen Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda keempat dan keenam," ucap Kombes Pol Dirmanto.
Selanjutnya, ketika Indonesia Merdeka, Arek-Arek Suroboyo dan para polisi merebut gedung Coen dan gedung tersebut menjadi kantor polisi hingga 1993.
"Kami tentunya mengapresiasi kegiatan yang digelar di Gedung Polisi Istimewa Surabaya itu, tentunya hal itu sebagai pengingat akan sejarah dan bisa menanamkan semangat Nasionalisme bagi Bangsa Indonesia," ujarnya.