Banyuwangi, Jawa Timur (ANTARA) - Sembilan pemuda dari sejumlah negara sahabat mempelajari tarian asli Banyuwangi selama mengikuti program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI.
Sejak Juni 2023, mereka berlatih tari Paju Gandrung dan Seblang Bakungan, serta belajar memainkan alat musik gamelan di Sanggar Langlang Buana di Banyuwangi, Jawa Timur.
“Kami berlatih sekitar enam kali dalam seminggu, bergantian antara menari dan bermain gamelan,” kata Deena Kiswoyo, salah satu peserta program BSBI dari Australia, di Banyuwangi pada Kamis.
Meski harus mempelajari hal baru yang dianggap cukup menantang, tetapi para pemuda dari berbagai negara itu mengaku antusias dan bersemangat untuk mempelajari kesenian Indonesia.
“Memang cukup menantang karena saya tidak punya latar belakang tari sebelumnya, tetapi teman-teman dan pelatih membantu saya untuk mengatasi kesulitan dan terus belajar mengembangkan diri untuk berlatih keterampilan tradisional ini,” ujar Yasmin Bidadari Middleton, yang juga warga Australia.
Selain keduanya, peserta program BSBI yang ditempatkan di Banyuwangi berasal dari India, Malaysia, Filipina, Kazakhstan, Rusia, Timor Leste, dan Indonesia.
Menurut pelatih tari Ratna Dwi Astuti dari Sanggar Langlang Buana, para pemuda itu memiliki semangat yang luar biasa untuk mempelajari tari dan musik tradisional Indonesia.
Bahkan, mereka bisa menyelesaikan materi untuk dua tarian dan satu lagu hanya dalam waktu satu bulan, katanya.
“Semangat mereka luar biasa, itu yang meringankan tugas kami sebagai pelatih. Mereka juga cepat sekali menyerap materi yang kami ajarkan,” tutur Ratna.
Dia mengakui bahwa bahasa sempat menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan para peserta, tetapi seiring waktu berjalan, mereka bisa saling belajar.
Dengan tinggal dan berlatih kesenian Indonesia di Banyuwangi, para peserta menjadi lebih mengenal Bahasa Indonesia dan bisa mempraktikannya dalam keseharian mereka.
“Kebetulan ada satu peserta dari Indonesia, jadi dia juga sering membantu kami untuk saling berkomunikasi,” tutur Ratna.
Melalui program BSBI, Ratna berharap para peserta bisa “membawa pulang” materi dan pelajaran yang mereka peroleh selama berada di Banyuwangi, untuk diperkenalkan dan disebarluaskan kepada keluarga dan masyarakat di negara asal mereka masing-masing.
BSBI dicetuskan pada 2003 sebagai komitmen Indonesia dalam forum South West Pacific Dialogue (SWPD). Saat itu, BSBI diberikan kepada 12 peserta dari enam negara anggota SWPD yaitu Australia, Fiji, Papua Nugini, Timor Leste, Filipina, dan Indonesia sendiri.
Sampai 2022, BSBI telah diikuti oleh 1.024 peserta dari 83 negara.
Tahun ini BSBI diikuti oleh 45 peserta dari 34 negara dan bertemakan “Indonesia, Home of Diversity”. Tema itu bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya daerah.
Para peserta dibagi ke lima sanggar seni yang merupakan mitra BSBI, yakni Sanggar Tari dan Musik Syofyani (Padang), Gubang Art Community (Tenggarong, Kutai Kartanegara), Sanggar Ayodya Pala (Jakarta), Sanggar Seni Semarandana (Bali), serta Sanggar Langlang Buana (Banyuwangi).
Kurikulum pelatihan BSBI 2023 mencakup seni tari, seni musik, dan seni kriya. Para peserta juga akan diajak berkunjung ke berbagai situs budaya, sejarah dan pariwisata, serta terlibat dalam kegiatan budaya masyarakat setempat.
Para alumni BSBI diharapkan dapat menjadi "Friends of Indonesia", yang dapat membantu mempromosikan seni budaya serta potensi dan nilai unggul Indonesia di mancanegara.