Surabaya (ANTARA) - Setiap individu yang berasal dari suatu kelompok, wilayah, atau negara, mempunyai budayanya masing-masing. Budaya bukan suatu istilah yang mudah untuk didefinisikan karena cakupannya yang amat luas.
Budaya identik dengan masyarakat dan dapat dimaknai sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, dan perilaku yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi identitas dari masyarakat tersebut.
Ini artinya bahwa budaya dari suatu wilayah atau negara mempunyai keunikannya. Hal ini yang menjadikan pengetahuan tentang kebudayaan menarik dan sekaligus penting untuk dimiliki.
Untuk mengenal budaya yang berbeda-beda, maka lintas budaya (cross-cultural) perlu dikembangkan. Pertemuan lintas budaya memainkan peran penting dalam berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai negara. Itu karena bahasa dan budaya tidak bisa dipisahkan.
Kegiatan lintas budaya ini telah dijalankan di Kota Surabaya, Jawa Timur, setiap tahunnya. Kegiatan sempat terhenti selama tiga tahun akibat pandemi COVID-19. Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) atau parade defile kembali digelar di Kota Surabaya pada 16-20 Juli 2023.
Pada tahun 2023 ini, gelaran SCCIFAF diikuti delapan negara dan sembilan daerah di Indonesia. Delapan negara itu adalah Yunani, India, Korea Selatan, Mexico, Filipina, Sri Lanka, Uzbekistan, dan Prancis.
Sementara sembilan daerah di Indonesia adalah Pangkal Pinang (Bangka Belitung), Mengwi (Bali), Kendari (Sulawesi Tenggara), Flores (NTT), DKI Jakarta, Banjarmasin (Kalimantan Barat), Bone (Sulawesi Selatan), Polewali Mandar (Sulawesi Barat), Kota Surabaya dan Mojokerto (Jawa Timur).
Baca juga: Peserta "Surabaya Cross Culture" kunjungi destinasi wisata bersejarah
Perhelatan festival seni lintas budaya ke-16 ini menampilkan beragam karya penampilan seni, seperti seni tari, musik, dan teater yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, serta tampilan ekspresi seni tari dari mancanegara. Beberapa pertunjukan seni menyemarakkan SCCIFAF 2023, di antaranya Tari Ganongan, Goong Prada, Remo, Reog, Gito Maron, dan Hip-Hop.
Antusiasme warga Kota Pahlawan begitu tinggi untuk menyaksikan budaya-budaya yang dibawa oleh para peserta. Terbukti pada saat pembukaan acara, Selasa, 16 Juli 2023, warga berbondong-bondong memadati Jalan Tunjungan hingga ke halaman Balai Kota Surabaya.
Selain itu, para peserta dari berbagai negara dan daerah di Indonesia juga berlomba-lomba untuk ambil bagian dalam ajang tersebut. Bahkan, di antara mereka sudah meminta kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk dilibatkan lagi di tahun depan.
Pada saat pembukaan, para peserta SCCIFAF 2023 jalan kaki dari Jalan Tunjungan hingga ke depan Hotel Majapahit Surabaya. Di depan hotel bersejarah itu, satu persatu peserta menunjukkan aksinya dalam menari dan mempertontonkan kebudayaannya. Beragam budaya itu seakan menyatu dalam acara tersebut.
Setelah tampil, mereka naik becak hias menuju halaman Balai Kota Surabaya yang saat itu juga digelar Festival Remo dan Yosakoi.
Melalui kegiatan ini, sebuah negara bisa disatukan dengan budaya karena kekuatan budaya itu bisa menanggalkan kekuatan antar-negara dan antar-kota. Semangat lintas budaya inilah yang terus dia terapkan di Surabaya.
Dengan adanya "Surabaya Cross Culture" ini, budaya-budaya bisa dipertemukan. Di dalamnya juga terkandung pesan untuk saling menghargai antara budaya yang satu dengan lainnya.
Selain itu, kegiatan ini bisa menjadi jembatan interaksi dari satu negara dengan negara lainnya dan antara satu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia. Melalui itu pula, kerja sama dalam berbagai bidang bisa dilakukan antarpemerintah.
Pada momen ini, Surabaya ingin mengambil peran besar dengan ingin menjadi salah satu kota di Indonesia yang memperkenalkan seni dan budaya beserta kulinernya.
Para delegasi dari beberapa negara ini dimanjakan dengan kegiatan tur kota ke beberapa tempat di Surabaya. Para peserta SCCIFAF ini, antara lain mengunjungi Monumen Tugu Pahlawan, Museum Sepuluh Nopember, Museum Bank Indonesia, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria Kepanjen, Surabaya Kriya Gallery (SKG), dan lainnya.
Setelah berkeliling ke berbagai bangunan bersejarah di Kota Pahlawan, para peserta SCCIFAF juga diajak berkunjung ke pusat oleh-oleh milik Pemkot Surabaya, yakni di Surabaya Kriya Gallery (SKG) Siola yang menyediakan oleh-oleh khas Surabaya. Semua yang disuguhkan di SKG merupakan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Para peserta yang mengikuti acara tersebut sangat antusias. Seperti yang diungkapkan perwakilan delegasi Uzbekistan, Mamlakat Ulasheva. Ia mengaku senang dengan kembali digelarnya "Surabaya Cross Culture", sebagai wadah edukasi budaya dan saling mengenal budaya antarbangsa.
Para delegasi mancanegara ini mengaku nyaman dengan budaya warga Surabaya yang terkenal ramah itu. Mereka pun menyampaikan terima kasih kepada Pemkot Surabaya karena menggelar kembali acara ini dan berharap di tahun-tahun berikutnya bisa kembali mengikuti acara yang sama.
Apa yang dilakukan warga Surabaya selama ini dengan hidup guyub, rukun, dan bergotong-royong mendapat pengakuan dari dunia luar. Penyebutan bahwa Surabaya orangnya ramah-ramah tidaklah berlebihan karena itu adalah kultur dari nenek moyang bangsa kita dari zaman dulu.
Festival Remo dan Yosakoi
Selain kegiatan SCCIFAF 2023, di waktu bersamaan juga digelar Festival Remo dan Yosakoi. Festival ini digelar dalam rangka merayakan 25 tahun hubungan kerja sama kota kembar antara Surabaya dengan Kota Kochi, Jepang, dalam bidang budaya dan ekonomi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wali Kota Kochi Seiya Okazaki berharap hubungan erat dua kota ini dapat membawa dampak baik bagi kedua negara, antara Indonesia dan Jepang.
Keduanya tak ingin program kota kembar sekadar kunjungan seremonial, namun juga bisa membawa bermanfaat bagi Surabaya dan Kochi. Kerja sama tersebut, seperti pertukaran pelajar dan pegawai pemerintah.
Selain itu, perilaku budaya bekerja di kalangan para pegawai di Kota Kochi diharapkan bisa diadopsi jajaran aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkot Surabaya. Sehingga pelayanan publik yang terbangun baik di Kota Kochi bisa menjadi contoh.
Tak hanya itu, sudah ada beberapa pengusaha dari Kochi yang akan membuka usaha makanan khas Jepang di Surabaya. Tentunya hal itu baik untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD) Surabaya.
Harapannya kegiatan lintas budaya ini bisa ditingkatkan, baik secara kuantitas pesertanya maupun secara kualitas dengan menambah materi kegiatan. Tentunya ada tindak lanjut yang lebih luas dari semua kegiatan SCCIFAF 2023 di Surabaya kali ini. Gotong royong dan menghargai budaya satu sama lainnya menjadi semangat dari kegiatan ini.
"Surabaya Cross Culture" satukan budaya antarnegara
Selasa, 18 Juli 2023 11:36 WIB