Iran Puji Tindakan Turki Usir Dubes Israel
Minggu, 4 September 2011 9:01 WIB
Teheran (ANTARA/Xinhua-OANA) - Kementerian Luar Negeri Iran, Sabtu (3/9), memuji tindakan Turki mengusir duta besar Israel dari Ankara, demikian laporan kantor berita setengah resmi ISNA.
Di dalam satu pernyataan, kementerian tersebut menyerukan pencegahan apa yang disebutnya sebagai pengaruh Israel terhadap perubahan hasil penyelidikan independen internasional mengenai serangan Israel pada Mei 2010 terhadap armada kapal bantuan menuju Jalur Gaza, kata ISNA.
Satu panel PBB mengeluarkan laporan penyelidikan pada Kamis mengenai serangan terhadap flotilla atau armada bantuan, yang menewaskan delapan warga negara Turki dan satu warga negara Amerika-Turki oleh personel pasukan komando Israel.
Pada 31 Mei 2010, personel pasukan komando angkatan laut Israel melancarkan serangan terhadap rombongan bantuan enam kapal sipil di perairan Laut Tengah dalam perjalanan menuju Jalur Gaza, yang menghadapi blokade.
Delapan warga negara Turki dan seorang remaja Amerika-Turki tewas dan lebih dari 40 orang lagi cedera di kapal Mavi Marmara.
Laporan itu menuduh negara Yahudi menggunakan kekuatan yang berlebihan dalam menangani armada kapal bantuan tersebut menuju Jalur Gaza guna melanggar blokade Israel atas wilayah Palestina itu.
Sebaliknya, laporan tersebut malah mensahkan blokade Israel dengan alasan "negara Yahudi itu mesti mencegah HAMAS memperoleh senjata".
Laporan tersebut dicela oleh Pemerintah Otonomi Palestina sebagai tindakan politik yang tak dilandasi atas hukum internasional.
Turki menuntut Israel meminta ma'af atas peristiwa itu, tapi Israel menolak permintaan tersebut.
Sementara itu Asisten Sekretaris Jenderal Liga Arab Urusan Palestina Mohamed Sobeih, Sabtu (3/9), mengecam laporan PBB mengenai serangan Israel terhadap armada kapal bantuan menuju Jalur Gaza, karena memandang blokade Israel atas wilayah Palestina itu sebagai "sah".
Sobeih, yang mencap laporan PBB tersebut sebagai bias, mengatakan itu menandai reputasi PBB dan mendorong serangan serta perang, demikian laporan kantor berita resmi Mesir, MENA.