Magetan (ANTARA) - Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan menjemput penyintas akibat konflik militer di Sudan dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya untuk pulang ke kampungnya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan Eka Wahyudi mengatakan penyintas yang dijemput tersebut adalah Guntoro (57) yang sudah enam tahun bekerja di Sudan.
"Kami menjemput dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya untuk kemudian diantar pulang Desa Patihan, Kecamatan Karangrejo," ujar Eka di Magetan, Kamis.
Sebelumnya para penyintas tersebut usai dievakuasi dari Sudan atas upaya Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), terlebih dahulu ditempatkan di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Kemudian transit sejenak di Kantor Badan Penghubung Provinsi Jatim di Jakarta, yang selanjutnya difasilitasi menuju ke Surabaya hingga ke masing-masing daerah asal.
"Pak Guntoro ini bisa pulang bersama WNI lainnya dari Negeri Sudan yang sedang konflik," ucapnya.
Sementara, Guntoro mengaku merasa bersyukur dan lega bisa keluar dari Sudan dan pulang ke Magetan.
"Alhamdulillah saya bisa pulang ke Indonesia dan sampai kampung halaman dengan selamat," tutur Guntoro.
Ia mengatakan sudah enam tahun bekerja di Sudan, di sebuah tempat percetakan.
Semenjak terjadi perang, ia tidak lagi bekerja. Hingga akhirnya ia dievakuasi atau dipulangkan ke Indonesia bersama WNI lainnya.
Bapak dua anak itu menceritakan bahwa suasana di Sudan sangat mencekam sejak terjadi konflik perang.
"Tiap hari mendengar suara tembakan dan bom, meskipun tempat tinggal saya jauh dari lokasi perang, tapi tetap takut," katanya.
Ia berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia, Pemprov Jatim, dan Pemkab Magetan yang telah memfasilitasi kepulangannya hingga sampai kampung halamannya.
Terkait rencana selanjutnya, ia mengaku tidak mau lagi kembali ke negara yang ada di Benua Afrika tersebut.
"Kalau kembali ke Sudan, kayaknya tidak, masih trauma. Ingin kumpul bersama keluarga dulu, sambil berencana mencari pekerjaan lainnya," katanya.
Seperti diketahui, pertempuran antara tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) meletus sejak 15 April 2023 di Khartoum dan sekitarnya.
Konflik mematikan itu dipicu ketidaksepakatan selama beberapa bulan terakhir antara SAF dan RSF atas reformasi keamanan militer.
Reformasi mengharapkan partisipasi penuh RSF dalam militer, yang menjadi salah satu isu utama dalam negosiasi oleh pihak internasional dan regional untuk transisi ke pemerintahan sipil demokratis di Sudan.