Gorontalo (ANTARA) - Puluhan penyelam yang tergabung dalam Wawahe’a Gorontalo Community (WGC) dan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango merayakan tradisi malam pasang lampu atau tumbilotohe di bawah laut, Selasa malam.
Para penyelam tersebut menyalakan lampu dan membentangkan spanduk tumbilotohe pada kedalaman laut sekitar 10-15 meter, di perairan wisata hiu paus Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone.
“Ini tumbilotohe underwater yang ketiga kalinya kami laksanakan, tapi kali ini bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Bone Bolango. Melalui kegiatan ini, kami ingin menjaga tradisi tumbilotohe di Gorontalo dalam bentuk yang berbeda, yaitu dalam laut,” kata juru bicara WGC, Dian Novian.
Selain itu, komunitas penyelam ini ingin terus menggaungkan destinasi wisata hiu paus Gorontalo di tingkat dunia, sehingga menarik minat wisatawan manca negara.
“Tadi kami juga sempat melakukan bersih-bersih laut, dengan mengangkat sampah plastik yang ada di dalam laut ke darat. Kami berharap obyek wisata ini tak hanya indah tapi juga lingkungannya sehat, sehingga kelestarian hiu paus terjaga,” ujarnya.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Bone Bolango, Yudin Maksum mengatakan pihaknya memberikan dukungan sebesar-besarnya untuk kegiatan tersebut.
“Kegiatan seperti ini dapat mengangkat citra pariwisata Bone Bolango, serta mendukung konservasi lingkungan dan hiu paus di perairan ini,” ujarnya.
Terlebih lagi, kata dia, Desa Botubarani termasuk dalam 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023 sehingga membutuhkan dukungan dari komunitas-komunitas.
Selain merayakan tumbilotohe dan bersih-bersih laut, komunitas tersebut juga menggelar buka puasa bersama, serta membagikan takjil dan bantuan sembako kepada warga setempat.
Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo pada penghujung Ramadhan, dengan menyalakan lampu-lampu tradisional di berbagai tempat.
Dalam bahasa Gorontalo tumbilo berarti menyalakan dan tohe artinya lampu.