Jember (ANTARA) - Masjid Jami' Al Baitul Amien yang berada di jantung kota Kabupaten Jember, Jawa Timur, memiliki bentuk dan arsitektur yang berbeda dengan tempat ibadah Muslim pada umumnya. Masjid itu menjadi ikonik kebanggaan masyarakat dan sekilas bentuknya menyerupai Gedung MPR DPR RI di Jakarta.
Tak ada catatan resmi soal tanggal berdirinya masjid tersebut, namun dokumen Pemerintah Belanda hanya menyebutkan bangunan masjid itu berdiri di atas tanah eigendom verpoding Nomor 981 tertanggal 19 Desember 1894 dengan luas 2.760 meter persegi.
Sebuah catatan milik takmir menyebutkan, masjid yang berada di sekitar alun-alun Jember itu pernah sekali direnovasi pada 1939 dan kemudian diperbarui lagi pada tahun 1973.
Bangunan masjid tergolong unik karena memiliki tujuh buah kopel berbentuk bundar yang menggambarkan luasnya kebutuhan umat manusia tanpa dibatasi sudut- sudut tertentu dan gambaran kebutuhan itu tertuang dalam bentuk kubah yang menutupi hampir keseluruhan badan bangunan.
Pemilihan bentuk bundar sebagai dasar filosofis bangunan timbul dari kesadaran bahwa bentuk ini mempengaruhi semua agama dan tradisi.
Masjid tersebut memiliki tujuh kubah sebagai simbol kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, kemudian di bagian dalam kubah utama terdapat 17 tiang penyangga yang mengingatkan pada tanggal kemerdekaan, yakni 17 Agustus 1945 dan simbol Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan.
Memasuki ruang ibadah utama akan terlihat lantai yang menggunakan marmer Carara dari Italia yang juga termasuk marmer kuno karena diketahui telah digunakan pada masa Romawi Kuno.
Bagian menarik lainnya adalah mihrab dan mimbar yang terdiri dari tiga lengkungan sebagai simbol tiga unsur dalam agama yakni iman, Islam, dan ihsan. Dalam lengkungan mihrab, Al Mukarom KH Achmad Shiddiq menfatwakan agar dituliskan ayat Alquran Surat Thaha ayat 14.
Wakil Sekretaris Yayasan Masjid Jami Al Baitul Amien Dr Zainal Anshari mengatakan arsitektur masjid baru yang memiliki kubah bundar seperti Gedung MPR DPR berasal dari Kanada, sehingga tidak menyerupai bentuk masjid pada umumnya dari Timur Tengah.
Masjid tersebut dirancang oleh arsitek non-Muslim Yaying K. Kesser, alumnus perguruan tinggi di California, Amerika Serikat. Masjid itu dibangun dengan bentuk bangunan yang mirip Gedung MPR DPR RI di Jakarta dan bangunan masjid berbentuk kubah dengan satu menara.
Menurutnya masjid Jami Al Baitul Amien lama dibangun dengan konsep peradaban Nusantara, Eropa, dan Timur tengah, sedangkan masjid jami yang baru yang menyerupai Gedung MPR DPR berasal dari peradaban modern karena arsiteknya dari Eropa.
Yayasan dan pengurus masjid juga berusaha menjaga agar bangunan masjid yang ikonik itu tidak berubah ketika ada kerusakan atau kebocoran di sejumlah tempat dengan memperbaiki tanpa mengubah bentuk bangunan.
Apabila ada kebocoran, maka pengurus masjid berusaha menambalnya tanpa membongkar atap atau bangunan yang permanen karena ikhtiarnya merawat dan memelihara bangunan masjid tetap terjaga keasliannya.
Sejak tahun 2022, warna bangunan masjid Jami' Al Baitul Amien yang berada di tengah kota itu berubah dominan putih dan kuning keemasan, sedangkan sebelumnya dominan warna hijau.
Renovasi meliputi perubahan warna cat kubah, pintu masjid, lantai halaman masjid, pintu gerbang, pekarangan masjid.
Dengan keunikan dan ikonik Masjid Al Baitul Amien itu diharapkan banyak jamaah yang datang dan beribadah, bahkan selama Ramadhan tidak pernah sepi dari kunjungan jamaah, termasuk kegiatan shalat malam atau qiamul lail pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan 1444 H.
Keunikan arsitektur Masjid Al Baitul Amien mirip Gedung MPR DPR
Jumat, 14 April 2023 13:35 WIB