Tradisi "Megang" di Sebawi
Ada juga tradisi Megang. Ini merupakan tradisi masyarakat Sebawi di Kabupaten Sambas, saat menyambut Ramadhan, dengan berbelanja daging di pasar pagi untuk keperluan memasak.
Daging tersebut tidak semuanya diolah dan dimakan hari itu, tetapi disimpan sebagian untuk kebutuhan berpuasa, baik untuk makanan berbuka ataupun saat sahur.
Megang menjadi momentum penting bagi keluarga, khususnya orang tua untuk berkumpul dengan keluarga, karena pada hari Megang, anak dan sanak saudara yang merantau akan pulang dan berkumpul pada hari itu.
Ade Ihsani Almunawar, seorang pemuda dari Sebawi, Sambas, bercerita pada hari Megang muncul interaksi antarkeluarga, sehingga mempererat silaturahim antarkeluarga.
Megang diadakan masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki menjelang tibanya Ramadhan.
Kemudian Tradisi Sya’ban, masih di Kecamatan Sebawi. Bulan Sya’ban adalah bulan ke delapan dalam kalender Hijriah yang merupakan bulan latihan dan pembinaan untuk menyambut datangnya Bulan Ramadhan.
Masyarakat Sebawi, dalam memasuki Bulan Sya’ban kegiatannya diisi dengan doa dan tahlilan bersama, sekaligus penjamuan makan yang menjadi budaya turun-temurun masyarakat Melayu Sambas setiap menyambut Bulan Suci Ramadhan.
Mereka menyebutnya Sya’banan atau sering juga disebut sedekah nasi.
Sya’banan akan berlangsung setiap hari dengan periode waktu pagi dan sore hari di Bulan Sya’ban dari rumah-rumah masyarakat setempat selama sebulan penuh, sebelum masuk Bulan Ramadhan.
Namun tradisi yang telah mengakar ini tidak dilakukan oleh semua masyarakat. Bagi keluarga yang merasa mampu dan mau saja yang mengadakan tradisi ini, karena tidak ada aturan yang mengharuskan.
Sya’banan selalu dibuka dengan pembacaan doa yang dilanjutkan dengan tahlil bersama yang dipimpin oleh pemuka agama. Ketika proses doa dan tahlil bersama telah usai, barulah proses penjamuan makan itu dilaksanakan.
Tidak kalah menarik, tata cara menghidangkan makanan juga dilakukan dengan adat budaya Melayu Sambas, khususnya di Sebawi, yaitu "besaprah" atau makan dengan duduk di lantai dan hidangan disajikan dalam piring-piring atau mangkuk untuk empat hingga lima orang.
Kemudian juga adat kebiasaan membuat "Laggum" saat menjelang Ramadhan. Laggum terbuat dari bambu atau pipa paralon. Laggum biasanya dimainkan anak-anak saat Ramadhan tiba. Biasanya dimainkan sambil menunggu azan Maghrib berkumandang, tanda berbuka puasa. Juga tak jarang dimainkan saat setelah Shalat Tarawih, menjelang sahur, dan setelah sahur.
Laggum digemari semua kalangan dan dapat dimainkan dengan cara membuat lubang kecil pada bambu atau pipa paralon untuk ditaruh cairan spiritus sebagai bahan pemicu dentuman yang dikeluarkan. "Jika dapat menghasilkan suara ledakan paling keras, maka diakui sebagai laggum terbaik," kata Uray Jihan, seorang warga Sambas.
Selain bermain laggum, di Kecamatan Tebas ada kantin Ramadhan. Kantin ini menjual penganan atau kue-kue untuk berbuka puasa.
Kantin Ramadhan selalu dibangun di tempat yang strategis, yaitu di pinggir jalan raya, dekat pasar, dan bahkan dekat permukiman warga. Kantin ini selalu menjadi tempat yang ramai dikunjungi warga Tebas, sebelum berbuka puasa.
Kantin Ramadhan menjadi sarana untuk mencari uang ketika Bulan Ramadhan. Tak sedikit warga yang menitip jualannya di kantin ini, sehingga mendapatkan keuntungan.
Kantin Ramadhan dibuka setiap hari di Bulan Ramadhan mulai pukul 13.00 WIB hingga tiba waktu berbuka puasa, atau sekitar pukul 18.00 WIB. Selain kue, juga ada menjual berbagai macam lauk siap saji.
Setiap daerah memiliki tradisi yang unik dan menarik dalam menyambut tibanya Bulan Ramadhan. Semoga tradisi ini terus ada dari generasi ke generasi selanjutnya.