Pawai dimulai dari halaman Masjid Raya Mujahidin, kemudian menyusuri jalan raya dalam kota dan kembali lagi ke masjid yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Pontianak Selatan, itu. Pawai obor tahun ini digelar pada Selasa (21/3) malam atau sehari sebelum tiba tarawih pertama Ramadhan.
Pawai obor juga diadakan remaja masjid di Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya. Pawai tahun ini meriah karena warga bisa berkumpul dan membaur tanpa ada pembatasan sosial, seperti saat pandemi, juga ada doorprize (hadiah) untuk peserta pawai.
Sebelum pawai, remaja masjid Teluk Pakedai mengambil bambu di hutan atau kebun, usai shalat subuh berjamaah di masjid.
"Kami berkumpul untuk mengambil bambu. Dan setelah mengumpulkan bahan-bahan yang perlukan, kami membuat obor," kata Riyan Alfiansyah, remaja dari Teluk Pakedai.
Dia menyebut pawai obor ini tidak hanya diadakan ketika menyambut bulan suci Ramadhan, tetapi remaja masjid juga mengadakan ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Pawai obor juga diadakan masyarakat Kota Singkawang dengan berkeliling kota berjuluk "Seribu Kelenteng" itu. Pawai obor di Singkawang melibatkan organisasi masyarakat dan etnis yang ada di kota setempat.
Pawai obor merupakan satu di antara momen yang paling ditunggu oleh umat Islam. Bahkan, non-Muslim juga turut menyaksikan pawai obor, mulai dari lapangan Mes Daerah hingga ke Masjid Raya yang menjadi tempat finis.
Uniknya, sebagai kota yang menjunjung tinggi sikap toleran, sebagian masyarakat Singkawang yang memeluk agama Konghucu juga turut serta menonton dan memeriahkan pawai obor tersebut.
Selain mengadakan pawai, juga ada tradisi menurunkan Bedug di tengah jalan antara Masjid Raya dan Vihara di tengah kota yang dihias sesuai dengan ciri khas Bulan Ramadhan.
Sementara di Kabupaten Kubu Raya, ada tradisi Ma'Baca Doa. Tradisi menyambut puasa Ramadhan ini dilakukan oleh masyarakat Desa Selat Remis, Kecamatan Teluk Pakedai, Kubu Raya.
Ma’baca Doa adalah kegiatan membaca doa dari Suku Bugis yang diperuntukkan kepada orang yang sudah meninggal dunia atau keluarga yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan yang masih hidup. Ma'baca Doa juga untuk memohon agar yang masih hidup diberi kesehatan, rezeki, dan umur panjang.
Selain itu juga bersyukur, karena masih bisa berkumpul sebelum Ramadhan tiba. Ma’baca doa biasanya dilakukan dalam masing-masing rumah atau juga berkumpul di salah satu rumah kerabat dekat.
Biasanya sebelum melakukan kegiatan ini, masyarakat terlebih dahulu berziarah ke makam keluarga atau sanak keluarganya.
Setelah pulang dari ziarah, para wanita di rumah menyiapkan lauk pauk yang akan dihidangkan dalam ceper atau nampan. Setelah itu dilakukan kegiatan Ma’baca Doa yang dipercayakan kepada ahli agama di hadapan makanan-makanan yang telah disiapkan.
Selepas kegiatan ma’baca doa, makanan yang sudah disiapkan itu disantap bersama-sama.
Makanan yang sering disiapkan untuk tradisi ini biasanya adalah menu kari ayam, ikan goreng, daging rendang, sambal udang, dan sup. Juga ada menu lain, tergantung masing-masih rumah yang ada. Tidak ada menu wajib yang harus disiapkan, menu yang ada menyesuaikan dari masing-masing rumah.
Ma’baca Doa tidak hanya dilakukan ketika akan menyambut bulan suci Ramadhan, namun juga dilakukan ketika akan menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Tradisi ini masih selalu dilaksanakan oleh masyarakat Teluk Pakedai.