Mahasiswa Surabaya Gelar "Ruwatan Jembatan Merah"
Senin, 8 Agustus 2011 19:26 WIB
Surabaya - Sejumlah elemen mahasiswa dan pemuda Surabaya menggelar aksi "Ruwatan Jembatan Merah" dalam rangka peringatan HUT ke-66 Republik Indonesia, tepat di sungai bawah Jembatan Merah, Jalan Rajawali, Surabaya, Senin.
Menurut koordinator aksi Catur Wibowo, momentum peringatan 66 tahun Kemerdekaan Indonesia itu bertujuan menengok sejarah masa lalu, ketika para pejuang dengan taruhan nyawa merebut dan mempertahankan bangsa.
"Perang melawan penjajah saat itu, salah satu lokasinya berada di Jembatan Merah. Tempat ini adalah paling bersejarah dan terjadi banyak pertumpahan darah. Sudah semestinya sebagai warga dan generasi penerus bangsa menghormati jasa-jasa pahlawan," ujarnya ketika ditemui di sela aksi.
Elemen yang terlibat dalam Ruwatan Jembatan Merah, antara lain Serikat Buruh Kerakyatan-Komite Persiapan Konfederasi Serikat Nasional (SBK-KP KSN), Forum Advokasi Mahasiswa Universitas Airlangga (FAM Unair), Serikat Kedaulatan Mahasiswa untuk Rakyat (SKMR), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Surabaya, dan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia Jawa Timur (IKOHI Jatim).
Ia menambahkan, proses mengingat kembali memori kolektif masyarakat tentang kisah perjuangan masa lalu tersebut menjadi sangat penting dilakukan saat ini. Tapi kemerdekaan yang dulu dicita-citakan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia adil dan makmur, makin hilang maknanya.
"Kita sering mendapat tontonan dengan merajalelanya korupsi, perampasan tanah rakyat, pendidikan dan kesehatan mahal, kekerasan mengatasnamakan agama dan keyakinan serta berbagai persoalan kebangsaan lainnya," tukas Catur.
Sementara itu, dalam aksinya massa meneriakkan yel-yel dan lagu perjuangan, di antaranya "Surabaya oh Surabaya", "Indonesia Tanah Air Beta", "Maju Tak Gentar", dan beberapa lagu kemerdekaan lainnya.
Sambil berorasi, peserta aksi juga membawa sebentuk replika peta Indonesia dan jajan pasar. Maksudnya, kata Catur, Indonesia merupakan negara yang dibangun tidak hanya oleh satu agama maupun satu suku.
"Sedangkan jajanan pasar menyimbolkan tentang indahnya tradisi lokal. Apalagi tidak sedikit pejuang bangsa ini yang berasal dari Surabaya, salah satunya Bung Tomo," tuturnya.
Setelah berorasi, replika peta Indonesia dan sesaji serta jajanan pasar yang sudah disiapkan selanjutnya dilarung di sungai. Perwakilan mahasiswa rela terjun ke sungai dan meletakkannya ke tengah kemudian membiarkan sesaji mengalir mengikuti arus sungai.
"Meski sangat sederhana, namun kami harap ini bisa mengingatkan kembali cerita keberanian dan pantang mundurnya pejuang kemerdekaan. Ingat, Jenderal Mallaby juga terbunuh di tangan 'arek-arek Suroboyo' di Jembatan Merah," tuturnya.