Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong para pelaku usaha dan industri pakan ternak untuk melakukan penyerapan jagung dan produk lokal seperti dedak yang diproduksi petani seluruh Indonesia.
"Saya berharap dengan adanya pabrik pakan di sini akan memberikan nilai manfaat jangka panjang bagi masyarakat sekitar, terutama penyerapan bahan baku pakan lokal seperti jagung, dedak, dan sebagainya, yang akan mendorong pengembangan ekonomi pedesaan," kata Mentan saat meresmikan perusahaan De Heus yang memproduksi pakan ayam, di kawasan PIER, Pasuruan, Rabu.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil survei BPS mengenai struktur ongkos usaha peternakan, komponen pakan memiliki kontribusi 56,95 persen terhadap total biaya pada budi daya ayam ras pedaging di tingkat peternakan rakyat.
Sedangkan untuk budi daya ayam ras petelur, kontribusi pakan mencapai 70,97 persen.
Sedangkan untuk budi daya ayam ras petelur, kontribusi pakan mencapai 70,97 persen.
"Karena itu pabrik pakan dapat menyerap bahan baku pakan dari petani setempat, dan harga pakan untuk peternak lebih dapat terjangkau. Di sisi lain saya berharap pabrik pakan memberikan pengaruh ke harga pangan asal ternak yang lebih kompetitif di tingkat konsumen. Yang pasti kita harapkan nantinya ada kerja sama yang saling menguntungkan, antara petani, dan peternak, serta masyarakat sekitar," kata Mentan.
Ia mengatakan pertanian dan peternakan adalah sektor yang memberi solusi kongkrit bagi tumbuh kembang sebuah ekonomi. Kontribusi keduanya bahkan terbukti menjadi kunci utama bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi krisis dunia.
"Inilah saatnya Indonesia bangkit menjadi negara yang lebih kuat dan ini tergantung kita semua. Kita mau tidak berkeringat, kerja benar, dan jangan sampai kita korupsi. Hari ini Kementan melalukan dukungan sepenuhnya karena pertanian itu untuk rakyat, bangsa, dan negara," ucapnya.
Sejauh ini, kata dia, Indonesia di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo mampu menguatkan ekonomi dari ancaman pandemi dan krisis lainnya. Indonesia bahkan menjadi negara terkuat pada sistem ketahanan pangan setelah FAO dan IRRI memberi penghargaan swasembada beras selama tiga tahun berturut-turut.
"Dalam menghadapi global warming, dampak COVID-19 dua tahun setengah, dimana ekonomi sedang tergoncang, pangan bersoal di seluruh negara, Indonesia adalah salah satu negara yang sangat survive menghadapi tantangan itu. Bahkan FAO dan IRRI memberikan penghargaan kepada Bapak Presiden terhadap bagaimana pertanian Indonesia menjadi kekuatan bangsa sekarang ini," ujar dia.
Sementara itu Presiden Direktur De Heus Indonesia, Kay De Vreese, menjelaskan, De Heus Pasuruan merupakan pabrik pakan ternak ke-4 setelah di Bekasi, Bogor, dan Mojokerto.
"Prosesi pembukaan pabrik De Heus Pasuruan, kita akan menyaksikan kontribusi kita terhadap Indonesia, untuk memajukan petani dan peternak di Indonesia," katanya.
Pabrik yang dilengkapi dengan peralatan dan teknologi dari Eropa ini memiliki kapasitas produksi pakan ternak 25 ribu ton per bulan. Namun tidak menutup kemungkinan meningkat hingga 50 ribu ton.
"Pabrik baru dengan teknologi dari Eropa, yang sejalan dengan Industri 4.0," tuturnya.
Selain itu De Heus Pasuruan yang dibangun dengan investasi senilai Rp400 miliar ini dan dipastikan menggunakan bahan baku lokal sebesar 70 persen. "Sedangkan 30 persennya impor," tambah dia.