Jakarta (ANTARA) - Gina S. Noer mendapatkan ide serial "Dapur Napi" setelah menonton liputan mendalam tentang program deradikalisasi untuk mengembalikan mantan teroris ke masyarakat.
“Ada yang soal minta maaf ke keluarga, susahnya diterima kembali, dan salah satunya ada restoran di Solo yang pekerjanya adalah mantan teroris," kata Gina dalam siaran resmi Vidio, Selasa (18/10).
Gina mengatakan karena dirinya tidak paham soal terorisme, dia merefleksikan perjalanannya sebagai perempuan dan ide "Dapur Napi" muncul setelah berbincang dengan Amelya Oktavia yang juga mencetuskan serial ini.
"Makanan itu dibutuhkan, bisa jadi favorit, kadang kita tidak perlu tahu siapa yang bikin. Dengan cerita ini kami bermain dengan ide, apakah masyarakat bisa menerima mantan napi semudah mereka menerima makanan enak?”
Baca juga: Sineas nilai tahun 2021 masa kejayaan perfilman nasional
"Dapur Napi" bercerita tentang Laila, mantan napi yang hendak kembali melanjutkan hidup dengan membuka restoran, mendapat penolakan dari pihak keluarga korban Laila dan masyarakat sekitar. Apakah ada kesempatan kedua baginya? Laila kemudian bertemu dengan banyak orang yang mengubah hidupnya.
Dua sutradara muda yaitu Rein Maychaelson dan Adis Kayl mengarahkan serial yang dibintangi oleh Clara Bernadeth, Asmara Abigail, Poppy Sovia, Shenina Cinnamon dan Andri Mashadi. Total akan ada 8 episode yang akan mulai tayang pada 10 November 2022.
Secara spesifik Amelya Oktavia menambahkan, “Salah satu yang membuat ide ini muncul adalah ketika kita mendengar cerita di sebuah diskusi publik tentang bagaimana tersangka terorisme yang berusaha untuk kembali ke masyarakat.
Salah satu ceritanya ada yang buka restoran. Kemudian yang menarik, ketika membuka restoran, mereka jadi banyak berinteraksi langsung dengan pembeli yaitu masyarakat umum dan perlahan membangkitkan kembali rasa kepercayaan masyarakat ke mereka. Begitu juga sebaliknya, dampaknya positif.”
Rein Maychaelson berkata bahwa series ini mengeksplorasi tema kesempatan kedua, kehilangan, persahabatan, dan berdamai dengan masa lalu.
Lebih lanjut Adis mengatakan, “series ini mewakili perempuan mantan napi yang menginginkan kesempatan kedua ketika kembali ke tengah masyarakat. Sebagai masyarakat Indonesia mungkin di sekitar kita pernah mengalami dan merasakan keberadaan sosok perempuan mantan napi. Jika selama ini kita tidak pernah bersikap objektif dan adil dalam menilai mereka, mungkin series ini bisa mengetuk
para hati untuk menerima mereka di lingkungan sekitar dan memberikan kesempatan kedua.
Adis mengatakan penonton juga bisa melihat sudut pandang mantan napi dari sisi lain di serial ini, juga pelajaran tentang kehidupan yang didapatkan di penjara yang menjadikan karakter dalam serial punya keunikan masing-masing dan dicintai penonton.(*)