Surabaya (ANTARA) - Komisi D Bidang Pendidikan DPRD Kota Surabaya mengemukakan bahwa kota itu sudah lima kali berturut-turut meraih penghargaan sebagai Kota Layak Anak (KLA), sehingga layak naik tingkat sebagai KLA dunia.
"Penghargaan ini tentu membanggakan dan jadi kado istimewa untuk Surabaya pada Hari Anak Nasional tahun 2022. Penghargaan ini bisa diraih berkat kerja keras semua pihak, untuk saling bergotong royong mewujudkan Surabaya Layak Anak," ujar Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Selasa.
Khusnul memberikan apresiasinya atas penghargaan Surabaya sebagai Kota Layak Anak (KLA) lima kali secara beruntun dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, terakhir diberikan pekan lalu.
Dengan diraihnya penghargaan ini, dia berharap bisa menjadi pelecut untuk semakin semangat kerja keras, bergotong royong, bersinergi dan berkolaborasi seluruh pihak. Khususnya, para Kader Surabaya Hebat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi dan seluruh elemen masyarakat.
"Semua lintas instansi ini harus lebih giat untuk menciptakan Kota Surabaya yang aman dan nyaman untuk tumbuh kembang anak. Sebab, selama ini masih saja ada kasus kekerasan yang terjadi pada anak," kata dia.
Khusnul menyadari jika angka kekerasan terhadap anak akan terus ada, bahkan trennya mengalami kenaikan. Namun, dengan adanya penilaian KLA ini, menjadi upaya pemerintah kota dalam penanganan kasus anak.
Angka kekerasan pada anak, lanjut dia, memang trennya naik. Namun, upaya serta komitmen Pemerintah Kota Surabaya tentu harus didukung bersama. Salah satu bentuk dukungan masyarakat adalah tidak lagi takut untuk melaporkan kepada pejabat setempat, bila mengetahui kejadian kekerasan pada anak, jika ada laporan seluruh pihak bersama organisasi perangkat daerah (OPD) bergotong royong menyelesaikan.
Dengan diraihnya lima kali berturut-turut sebagai KLA, legislator dari Fraksi PDI Perjuangan ini mendorong agar Surabaya naik peringkat, menjadi Kota Layak Anak Dunia. Target itu tidak muluk, jika melihat komitmen Pemkot Surabaya.
Cita-cita ini, kata Khusnul, sejalan dengan apa yang pernah disampaikan Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa Arie Rukmantara yang menyebut bahwa penilaian KLA tidak sebatas pada jumlah kasus yang marak terjadi, tapi lebih kepada bagaimana cara penanganan oleh pemerintah setempat.
"Bukan tidak mungkin, Surabaya suatu saat nanti akan meraih predikat sebagai Kota Layak Anak Dunia. Komitmen Surabaya untuk mewujudkan Kota Layak Anak sudah diakui secara nasional dengan lima penghargaan yang diraihnya. Sekarang waktunya meningkatkan kelasnya menjadi Kota Layak Anak Dunia," kata Khusnul.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan yang harus digarisbawahi itu bukan penghargaan yang dipegang, bukan sebuah layak anak yang diharapkan, tanpa predikat itu pun pihaknya terus berupaya menjadikan kota ini nyaman dan aman bagi anak dan perempuan.
Menurut Eri, sebenarnya penghargaan KLA yang diberikan Kementerian PPPA itu tidak ada artinya ketika Surabaya tanpa adanya dukungan dari pemangku kepentingan, seperti perguruan tinggi untuk menjadikan kota ini layak untuk anak dan perempuan.
Untuk itu, kata dia, agar kota ini layak, aman dan nyaman bagi anak dan perempuan, pemkot berkolaborasi dengan perguruan tinggi menyediakan tempat layanan pendampingan dan belajar untuk anak dan perempuan di setiap balai RW. Dengan adanya tempat layanan tersebut, anak akan merasa nyaman.