Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membahas isu penanganan krisis global dalam pertemuan virtual dengan Sekretaris Eksekutif United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) Armida S. Alisjahbana.
“Indonesia berperan dalam menghadapi krisis global yang terjadi di Eropa Timur saat ini. Selain itu, Indonesia juga memiliki posisi strategis dalam pemenuhan komoditas pangan dan energi, khususnya batu bara di kawasan,” kata Menko Airlangga dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pada pertemuan yang dilatarbelakangi oleh penunjukan Indonesia sebagai anggota Global Crisis Response Group (GCRG) itu, Menko Airlangga menjelaskan pembahasan dalam forum Sherpa GCRG mencakup ketahanan pangan, ketahanan energi, dan isu finansial yang sejalan dengan pembahasan dalam agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia.
Menyoal isu ketahanan pangan, Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia telah mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional. Pada tahun ini Indonesia memiliki surplus produksi beras sebanyak 7 juta ton. Demikian pula halnya dengan ketahanan energi, komoditas batu bara Indonesia menjadi diminati dikarenakan tingginya harga minyak dan gas akibat konflik di Eropa Timur.
Terkait peran Indonesia di GCRG dan implementasi Sustainable Development Goals (SDGs), Airlangga berharap UNESCAP dapat mendukung Pemerintah Indonesia dalam hal kajian terhadap fokus pembahasan GCRG (pangan, energi, dan finansial), kemudian kajian skema pembiayaan untuk pembangunan seperti melalui skema pembiayaan campuran atau blended finance dan dalam upaya transisi energi serta penanganan perubahan iklim.
“Untuk kajian tentang pangan, kami berharap hasil kajian itu akan dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas pangan nasional,” ujarnya.
Beralih ke potensi ekonomi digital, Menko Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia adalah pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pada 2019, nilai ekonomi digital Indonesia sebesar 40 miliar dolar AS dan diperkirakan akan naik mencapai 133 miliar dolar AS pada 2030. Sektor ekonomi digital di Indonesia pun mencatat pertumbuhan positif 11 persen selama pandemi COVID-19.
“Tetapi di sisi lain, status literasi digital dan daya saing digital Indonesia masih belum optimal, sehingga memerlukan dukungan dari berbagai pihak untuk memanfaatkan peluang di sektor tersebut,” ungkapnya.