Dikutip dari Sky Sports, Kamis, Slot menjelaskan pada babak pertama, Feyenoord cukup menguasai pertandingan, namun mereka memiliki masalah soal keputusan yang dibuat pemainnya serta pergerakan tanpa bola.
Slot mengatakan, dia meminta anak asuhnya untuk lebih tajam di babak kedua, namun pada akhirnya mereka gagal menciptakan gol penyeimbang.
"Di babak kedua, kami lebih tajam di banding babak pertama, tapi kamu membutuhkan sedikit keberuntungan dan kami tidak mendapatkan itu," ungkap Slot.
"Kami memiliki waktu dan kesempatan untuk mencetak gol, dan kami tidak mewujudkannya. Mungkin itu ada hubungannya dengan kualitas lawan," sambungnya.
Pelatih asal Belanda itu menjelaskan, pada pertandingan final, mereka tidak akan mendapatkan banyak peluang, terutama ketika menghadapi tim Italia.
"Di final menghadapi tim Italia sangat sulit untuk menciptakan peluang, dan terlebih lagi ketika itu adalah tim Italia yang dilatih oleh Mourinho," terang Slot.
Pada pertandingan ini, Feyenoord harus takluk dari AS Roma setelah Nicolo Zaniolo mencetak gol pada menit ke-32 setelah menerima umpan dari Gianluca Mancini.
Kekalahan ini membuat Feyenoord gagal untuk meraih gelar juara Eropa setelah terakhir kali mereka lakukan pada 2002 silam ketika memenangkan Piala UEFA dengan mengalahkan Borussia Dortmund 3-2 di partai final.