Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Jawa Timur meresmikan Pojok Literasi dan Layanan Single Window Guru Tenaga Pendidik dan Kependidikan (GTK) di Surabaya, Rabu, untuk mengakomodir karya para guru dan pengawas SMA/SMK serta SLB di wilayah setempat.
"Diresmikannya Pojok Literasi dan Layanan Single Window GTK ini untuk mengakomodir karya para guru, pengawas, dan tenaga kependidikan SMA/SMK dan SLB di Jawa Timur," kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi di sela peresmian.
Wahid berharap fasilitas ini bisa menjadi ruang untuk dimanfaatkan bagi warga yang datang ke Dinas Pendidikan Jatim.
"Selama ini setiap ruangan perpustakaan berisi buku dari berbagai sumber. Tapi di sini (pojok literasi) sumbernya dari guru," katanya.
Setidaknya ada 1.300 lebih karya buku menjadi koleksi di Pojok Literasi, dengan kategori buku fiksi dan nonfisik. Tak hanya berbentuk fisik, Disdik Jatim juga memfasilitasi digital book dalam Pojok Literasi ini.
"Kami memberikan penekanan dan arahan wajib senang menulis dan membaca. Oleh karena itu kami siapkan ruangan ini untuk memotivasi guru gemar menulis dan membaca," kata Wahid.
Wahid juga berpesan, sesuai dengan amanat Ki Hajar Dewantara di mana semua tempat dijadikan sekolah, dan jadikan semua orang adalah guru. "Saya tambahkan jadikan setiap kesempatan untuk membaca dan menulis," ujarnya.
Ketua Dewan Pendidikan Jatim, Prof. Warsono mengatakan peresmian ini kesempatan bagus bagi guru, pengawas dan tenaga kependidikan untuk melakukan proses kreatif yakni menuangkan gagasan dan mendeskripsikan realita.
Selain itu, juga menjadi kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi. Sebab, buku merupakan jendela dunia.
"Dengan membaca kita bisa memperoleh informasi apa saja. Sehingga ada pertemuan antara penulis dan pembaca, dengan begitu ada dialektika pemikiran. Jadi ini suatu hal yang sangat bagus untuk diapresiasi," kata dia.
Mantan Rektor Universitas Negeri Surabaya itu menilai, tingkat baca masyarakat Indonesia saat ini masih rendah. Begitu juga dengan tingkat menulis yang perlu didorong.
Padahal, menurut dia, tulisan penuh makna, karena mewakili penulisnya. Tulisan juga mewakili zamannya, tulisan melampaui usia penulisnya, dan tulisan melampaui langkah penulisnya.
"Artinya meskipun di Surabaya tapi (karya tulisan) juga melebar di seluruh dunia. Ini ide yang luar biasa untuk memberikan wadah bagi guru dalam mengaktualisasikan karya tulisannya dalam bentuk buku," ujarnya. (*)