Surabaya (ANTARA) - Satgas Pangan Polda Jawa Timur intensif melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk membantu mengantisipasi penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang telah menginfeksi sejumlah hewan ternak di Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, dan Lamongan.
Kepala Satgas Pangan Polda Jatim Kombes Polisi Farman mengungkapkan sejak tanggal 6 Mei hingga hari ini pihaknya secara proaktif sudah mengambil langkah-langkah, yakni berkoordinasi dengan pihak terkait untuk penanganan wabah PMK tersebut.
"Kami telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Jatim, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jatim, Bea dan Cukai, Balai Karantina serta dengan Pusat Veteriner Farma," kata Kombes Farman melalui keterangannya, Selasa.
Satgas Pangan Polda Jatim juga mengeluarkan surat telegram kepada polres jajaran untuk berkoordinasi dengan dinas terkait guna mengantisipasi penyebaran PMK pada hewan ternak.
"Kami telah mengeluarkan telegram yang berisi polres jajaran harus berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dalam rangka melanjutkan pengobatan simtomatis pada hewan ternak yang terkena wabah PMK," katanya.
Selanjutnya, polres jajaran harus melakukan pembatasan lalu lintas pada hewan ternak dari dan menuju daerah wabah
"Polres jajaran berkoordinasi dengan dinas terkait memastikan dilakukannya vaksinasi pada hewan ternak yang sehat," kata pria yang juga menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim itu.
Lebih lanjut, ia menjelaskan virus PMK tergolong penyakit menular, namun tingkat kematiannya rendah dan dapat disembuhkan dengan masa inkubasi 14 hari, serta masa penyembuhan 14 hari.
Apabila sudah sembuh tidak ada masalah untuk dipotong karena virus dalam PH tertentu tidak aktif dan akan mati pada suhu 60 derajat celcius.
"Secara klinis, penyakit ini tidak masalah karena tidak menular ke manusia. Perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi untuk masalah penanganan penyakit agar para peternak tidak panik, pemotongan ketika sakit dan ada beberapa bagian yang harus dipilah, namun pada suhu 60 sampai dengan 70 derajat, virus tersebut sudah mati," ujarnya.
Adapun efek dari penyakit tersebut adalah berat badan turun, sariawan dan kuku lepas sehingga menyebabkan nafsu makan sapi menurun.
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan dinas peternakan, Asosiasi Obat Indonesia siap membantu untuk masalah PMK dan sudah disediakan. Namun, untuk vaksinnya yang belum ada, harus impor," katanya