New York (ANTARA) - Dolar menguat mencapai level tertinggi lima tahun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), sebelum Federal Reserve pekan depan diperkirakan akan menaikkan suku bunga, sementara euro melemah di tengah kekhawatiran pertumbuhan setelah Rusia menghentikan pasokan gas ke beberapa bagian wilayah tersebut.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,65 persen menjadi 102,99, level tertinggi sejak Maret 2020 menyusul kenaikan 0,54 persen di sesi sebelumnya.
Dolar telah naik di tengah ekspektasi bahwa bank sentral AS akan lebih hawkish daripada rekan-rekannya. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan 3-4 Mei, serta pada Juni dan Juli.
Greenback juga diuntungkan dari kekhawatiran pertumbuhan global karena Eropa berjuang dengan dampak dari invasi Rusia ke Ukraina dan China memberlakukan penguncian dalam upaya untuk membendung penyebaran COVID-19.
Gazprom Rusia menghentikan pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria pada Rabu (27/4/2022) karena kegagalan mereka membayar dalam rubel, memicu perang ekonomi dengan Eropa sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang dikenakan atas invasi Moskow ke Ukraina.
"Ini memberikan tekanan lebih lanjut pada harga gas di wilayah tersebut dan memperburuk campuran inflasi pertumbuhan yang mengkhawatirkan yang telah memburuk dengan cepat sejak awal tahun ini," Dominic Bunning, kepala penelitian valas Eropa di HSBC mengatakan dalam sebuah laporan.
Kekhawatiran atas pertumbuhan China menambah permintaan dolar, dan selanjutnya merusak prospek negara-negara lain yang lebih terpapar ke ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Beijing telah meningkatkan pengujian massal untuk COVID-19 sementara pusat keuangan Shanghai telah dikunci ketat selama sekitar satu bulan.
"Melebih-lebihkan risiko penurunan untuk euro/dolar telah menjadi ketakutan penguncian COVID bagi China," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank London.
Euro, komponen terbesar dari indeks dolar AS, merosot di bawah 1,06 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2017, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi di wilayah tersebut.
Pada akhir perdagangan New York pada Rabu (27/4/2022), euro turun menjadi 1,0563 dolar AS dari 1,0647 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2541 dolar AS dari 1,2589 dolar di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7121 dolar AS dari 0,7147 dolar AS.
Dolar AS dibeli 128,31 yen Jepang, lebih tinggi dari 127,58 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9683 franc Swiss dari 0,9623 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2832 dolar Kanada dari 1,2799 dolar Kanada. (*)