Pamekasan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menerapkan skema multipihak (pentahelix) dalam penanganan bencana banjir yang melanda wilayah itu, sebagai upaya untuk mempercepat penanganan dan meningkatkan peran aktif semua pihak.
Menurut Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pamekasan Budi Cahyono di Pamekasan, Jumat, skema pentaheltix merupakan pelibatan lima unsur dalam menyelesaikan persoalan, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media.
"Dalam konsep pentahelix kelima unsur ini memiliki peran yang sama, terpadu dan terintegratif, saling mendukung dan saling melengkapi," kata Budi.
Penanganan berbagai jenis bencana, seperti bencana banjir yang sering terjadi di Kabupaten Pamekasan, menurut dia, tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja.
Akademisi, pelaku usaha, masyarakat melalui organisasi kemasyarakatan yang ada, termasuk insan pers, harus berperan aktif, memiliki semangat yang sama dan saling mendukung dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Menurut Budi, kelima unsur itu, memiliki peran dominan masing-masing, yang apabila bersatu, akan saling melengkapi, dan pada akhirnya akan mempercepat proses penyelesaian persoalan.
Pemerintah berperan dalam menetapkan dan kebijakan dalam bentuk program, dukungan politik dan dukungan anggaran, akademisi sebagai pengarah dalam ikut menentukan program dan kebijakan yang hendak dan telah dijalankan oleh pemerintah, sedangkan masyarakat dan pelaku usaha bisa berperan aktif dalam ikut mensukseskan program melalui tenaga dan dukungan keuangan yang tidak mengikat.
"Media tentu sebagai penyambung aspirasi, disamping juga berfungsi memberikan edukasi melalui pemberitaan yang disajikan kepada khalayak," katanya.
Koordinator TRC BPBD Pemkab Pamekasan Budi Cahyono menilai pada musibah banjir yang terjadi di Pamekasan mulai 1 hingga 3 Maret 2022 itu, peran kelima unsur itu sudah mulai aktif, dan ke depan akan terus ditingkatkan dengan cara meningkatkan koordinasi dari masing-masing unsur yang ada tersebut.
"Kami yakin dengan skema pentahelix ini, maka kekompakan akan tercipta dan penanganan akan lebih cepat teratasi," katanya menjelaskan.
Untuk mengoptimalkan peran kelima unsur dalam penyelesaian penanganan bencana dengan skema pentahelix itu, pihaknya telah membentuk wadah organisasi yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB).
"Fokus kami bukan hanya pada menangani apa yang telah terjadi, akan tetapi juga menekan terjadi risiko apabila terjadi bencana," katanya, menjelaskan.
Dalam skema pola penyelesaian penanganan bencana pentahelix, gotong royong menjadi titik tumpu penyelesaian, sehingga tidak hanya terfokus kepada pemerintah, akan tetapi pada siapa yang memiliki kemampuan dalam ikut menyelesaikan persoalan yang terjadi.