Trenggalek (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mencanangkan gerakan "Tresno Trenggalek Tumbas Trenggalek" sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
"Jangan sampai kita membeli produk dari luar, kalau di lokal Trenggalek saja ada," ujar Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin usai melihat produk UMKM batik di Trenggalek, Selasa.
Diksi tresno dan tumbas diambil dari bahasa Jawa, yang berarti cinta/sayang (tresno) dan beli atau membeli (tumbas), sementara kata Trenggalek memiliki makna lokalitas, semua yang berbau dengan lokalitas atau produk lokal Trenggalek.
Dengan demikian, slogan "Tresno Trenggalek Tumbas Trenggalek" memiliki makna mencintai atau menyukai semua yang berbau lokalitas Trenggalek dan membeli semua produk yang diproduksi masyarakat/UMKM Trenggalek.
"Sebab hanya dengan begitu (membeli produk lokal Trenggalek), perputaran ekonomi bisa memutar lebih tinggi," lanjutnya.
Perputaran ekonomi yang dimaksud adalah dari Trenggalek untuk warga Kabupaten Trenggalek.
Konsep itu salah satunya diterapkan pada penggunaan pakaian aparatur sipil negara (ASN) setiap Kamis dan Jumat yang mengusung konsep pakaian adat jawa dan kasual yang menggunakan produk UMKM lokal.
"Di dalam perbubnya mewajibkan untuk produk UMKM. Penggunaan produk UMKM untuk pakaian dinas ini diharapkan mampu menggeliatkan ekonomi lokal, karena ada perputaran uang melalui pelaku UMKM," imbuhnya.
Selain sebagai ajang promosi ke luar daerah agar lebih dikenal secara luas, keberpihakan pemerintah terhadap pelaku UMKM lokal itu dilakukan untuk menggeliatkan kembali sektor ekonomi yang sempat terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Untuk itu, "Tresno Trenggalek Tumbas Trenggalek" terus digaungkan pemerintah setempat di berbagai macam produk daerah dalam berbagai kesempatan.
“Insyaalla, bila itu bisa dilakukan maka perekonomian di Trenggalek bisa pulih lebih cepat bisa menghadapi krisis lebih baik,” katanya.
Selain lewat gerakan itu, upaya lainnya untuk menggeliatkan sektor ekonomi melalui UMKM di antaranya adalah dengan mendorong bertumbuhnya 5.000 pelaku usaha perempuan baru.
Program itu dikemas dalam program Jadi Pengusaha Mandiri (JAPRI) yang merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Trenggalek dengan United States Agency for International Development (USAID), sebuah Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat.