Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan melalui data Pusdalops sebanyak 22 orang meninggal dunia akibat awan panas guguran Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bertambah dari data sebelumnya yang tercatat 15 orang.
"Data pukul 17.30 WIB, jumlah korban meninggal yang dilaporkan Pusdalops BNPB itu 22 orang," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia merinci korban meninggal dunia yang dilaporkan sebanyak 14 orang di Kecamatan Pronojiwo dan delapan orang di Kecamatan Candipuro.
Baca juga: Sebanyak 15 warga meninggal akibat awan panas guguran Gunung Semeru
Dari korban meninggal di Kecamatan Pronojiwo, terdapat lima jenazah yang belum teridentifikasi, sedangkan dua jenazah sudah berada di RSUD Pasirian dan tiga jenazah lain ditemukan di RT 16/05 Curah Kobokan, sekitar pukul 14.15 WIB.
"Sembilan korban lain di Kecamatan Pronojiwo sekarang sudah dimakamkan," ujarnya.
Sementara dari delapan jenazah di Kecamatan Candipuro, terdapat satu jenazah korban ditemukan di Dusun Kebondeli Selatan, pukul 15.45 WIB, yang masih belum teridentifikasi.
"Kami juga menerima laporan Pusdalops, masih ada 27 korban hilang yang masih jadi fokus pencarian tim pencarian, dan total masyarakat terdampak di dua kecamatan terdampak langsung guguran awan panas, maupun delapan kecamatan terdampak debu vulkanis sebanyak 5.205 orang," katanya.
Baca juga: BNPB: Erupsi Semeru telah menyebabkan 13 orang meninggal dunia
Ia menjelaskan jumlah pengungsi di 19 titik pengungsian sebanyak 2.004 jiwa dengan rincian 305 jiwa di sembilan titik Kecamatan Pronojiwo, 1.136 jiwa di enam titik Kecamatan Candipuro, dan 563 jiwa di empat titik Kecamatan Pasirian.
Kebutuhan logistik dasar, permakanan, selimut, matras untuk para pengungsi sudah terpenuhi.
Jika nantinya masih membutuhkan penambahan, Muhari menjelaskan kementerian/lembaga sudah siap untuk memenuhi.