Den Haag (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Belanda Sigrid Kaag mengundurkan diri pada Kamis (16/9) setelah mayoritas parlemen menyatakan Kaag melakukan kesalahan soal pengurusan evakuasi pengungsi dari Afghanistan pada Agustus.
Para anggota parlemen dari berbagai partai politik mengatakan Kaag harus bertanggung jawab atas penanganan yang lambat oleh pemerintah saat Taliban muncul mengambil alih kekuasaan.
Mereka juga menganggap Kaag gagal dalam mempersiapkan evakuasi secara aman bagi ribuan warga Afghanistan, yang sebenarnya bisa memperoleh suaka di Belanda.
"Dewan memutuskan bahwa Kabinet telah bertindak secara tidak bertanggung jawab," kata Kaag.
"Menteri yang bersangkutan harus mundur jika kebijakannya ditolak," kata Kaag lagi.
Selama dua pekan terakhir Agustus, ada sekitar 2.100 orang yang diangkut keluar dari Afghanistan oleh pesawat-pesawat militer Belanda ke negara-negara di sekitar.
Belanda menjadi negara tujuan akhir bagi hampir sejumlah 1.700 orang di antara mereka yang dievakuasi tersebut.
Namun, masih banyak orang yang tertinggal di Afghanistan karena mereka pada saat itu tidak berhasil mencapai bandara di Kabul.
Mereka yang tertinggal adalah ratusan warga negara Belanda --banyak di antaranya merupakan keturunan Afghanistan, juga kalangan warga Afghanistan yang dulu bekerja untuk misi militer, perusahaan media berita, atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
Kaag, seorang mantan diplomat, pernah bertugas sebagai koordinator khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Lebanon selama 2015-2017.
Sebelum itu, Kaag pernah mengepalai tim PBB yang mengawasi pemusnahan senjata kimia Suriah.
Partai berhaluan kiri tempatnya berasal, D66, merupakan salah satu pemenang utama dalam pemilihan umum pada Maret.
Namun, sejauh ini upaya untuk membentuk pemerintahan baru menghadapi kebuntuan.
Sumber: Reuters (*)