Surabaya (ANTARA) - Sekitar 100 pengungsi internasional asal Afghanistan yang berada di tempat penampungan Puspa Agro mendatangi Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Jawa Timur mempertanyakan nasib mereka yang terkatung-katung 11 tahun terakhir.
Di sela aksi damai pada Kamis tersebut, juga dilakukan audiensi dengan tiga perwakilan pengungsi, yaitu Muhammad Alif, Muhammad Asbari, dan Asad.
Alif yang sekaligus sebagai penerjemah mengucapkan apresiasi dan terima kasih atas kesediaan pihak Kanwil Kemenkumham Jatim untuk menemui perwakilan pengungsi.
"Kami membutuhkan bantuan agar bisa segera berangkat ke negara ketiga. Kami sudah 11 tahun berada di Indonesia, namun belum mendapat keputusan kapan segera berangkat,” ujar Alif melalui keterangan pers.
Dia menceritakan bahwa selama ini pihaknya telah menyuarakan aspirasi ke Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) sejak 2011. Namun, selama itu pula pihaknya selalu diberikan janji-janji.
"Sebenarnya kami ke Indonesia hanya untuk transit saja. Tapi selama ini menunggu sudah belasan tahun," katanya lagi.
Saat ini, ujar Alif, para pengungsi khususnya dari Afghanistan merasa cemas. Apalagi melihat situasi politik di negara asalnya yang semakin tidak menentu.
"Kami percaya bahwa sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mencari perhatian negara donor, sehingga mereka dapat membantu kami," ujarnya.
Kadiv Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jatim Jaya Saputra yang mewakili Kakanwil Kemenkumham Jatim Krismono berjanji akan menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah pusat dan pemangku kepentingan terkait.
Ia juga menyampaikan keprihatinannya atas kondisi yang dialami para pengungsi. Pihaknya berharap persoalan yang dialami pengungsi bisa cepat mendapatkan jalan keluar.
Untuk itu, pihaknya akan menampung semua aspirasi yang disampaikan pengungsi dan akan menyampaikan kepada pemerintah pusat serta menegaskan bahwa posisi pihaknya adalah sebagai fasilitator saja.
"Karena bukan porsi kami untuk mengambil kebijakan," ujarnya.
Pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan UNHCR terkait masalah ini, karena yang berwenang memproses ke negara ketiga bukan Pemerintah Indonesia.
"Kami juga mendorong agar ada kantor perwakilan UNHCR di Surabaya, agar para pengungsi tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta untuk melakukan koordinasi," ujarnya lagi.
Saat ini, total ada 396 pengungsi internasional dari 14 negara di Jawa Timur. Paling banyak berasal dari Afghanistan dengan 283 orang. Mereka tersebar di Pusat Akomodasi Puspa Agro, Pusat Akomodasi Green Bamboo maupun pengungsi mandiri.