Surabaya (ANTARA) - Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-bangsa atau United Nation Childrens Fund ( Unicef) bekerja sama dengan Akatara Jurnalis Sahabat Anak menggelar gerakan ronda digital untuk cegah penularan COVID-19 pada anak di Jatim.
Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Surabaya Ermi Ndoen di Surabaya, Selasa, mengatakan, anak-anak menjadi bagian penting dalam berbagai perubahan. Termasuk upaya mereka yang bisa mengajak teman sebayanya untuk patuh pada protokol kesehatan.
"Anak-anak bisa berbicara melalui media sosialnya untuk mengajak teman sebayanya bahkan keluarganya. Ajakan untuk menerapkan 3M serta menjaga hidup sehat," katanya.
Ronda Digital merupakan gerakan kolaborasi yang dilakukan bersama anak-anak di Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk bersama-sama berkampanye dan menerapkan 3M atau memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.
Kolaborasi ini dijalankan anak-anak di berbagai kabupaten/kota untuk melakukan Siskamling di media sosial untuk menyampaikan pesan kebaikan dan patuh pada protokol kesehatan. Hasil kolaborasi ini nantinya diharapkan bisa menjadi ruang edukasi serta membangun kembali pola Ronda Digital yang bisa dilakukan oleh anak-anak untuk menjaga diri dan menyelamatkan keluarganya, temannya, maupun saudara-saudaranya dari penularan COVID-19.
Ronda Digital, kata Ermi, menjadi literasi digital yang disukai anak-anak untuk menyampaikan pesan kebaikan di media sosial. Mereka bisa melakukan Siskamling dalam upaya menekan angka penularan COVID-19.
Ronda Digital juga bisa menjadikan anak sadar literasi. Dalam bentuk virtual, aksi perundungan pun bisa terjadi. Termasuk pelecehan seksual anak yang terus ada di ruang digital.
"Keberadaan Ronda Digital bisa menjadi literasi yang bagus bagi anak-anak untuk saling mengingatkan antar sebayanya," ujarnya.
Ermi juga menambahkan, Geneasi Z merupakan anak-anak yang unggul serta paham memanfaatkan teknologi. Keberadaan teknologi bisa meningkatkan kemampuan, informasi publik dan membangun jaringan sosial.
"Termasuk membangun kreatifitas dan ide-ide bersama. Dengan literasi yang baik, maka kita semua bisa membangun literasi manusia," katanya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Andriyanto mengatakan, sampai 18 Juli sudah ada 226.521 kasus positif di Jawa Timur tersebut, dari jumlah itu ada 19.978 anak yang positif COVID-19.
"Ini menyedihkan, klaster keluarga terus naik. Ada 89 anak-anak yang meninggal karena COVID-19. Sebanyak 42 anak usia 0-5 tahun dan 47 anak usia 6–18 tahun," kata Andri.
Menruutnya, kejadian lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Timur ini banyak terjadi pada klaster keluarga. Lonjakan klaster keluarga bermula dari penyebaran virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal satu rumah. Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain. (*)