Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Menjadi mitra BPJS Kesehatan Cabang Tulungagung sejak akhir 2017, Apotek Kimia Farma 392 Tulungagung mendukung Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) melalui ide "jemput bola" ke peserta JKN-KIS yaitu dengan home care, khusus bagi peserta Program Rujuk Balik (PRB).
Ide ini lahir ketika mendapatkan info terkait adanya pasien yang tak kunjung membaik kondisinya dan ada yang dengan sengaja menumpuk obat yang pernah didapat. Setelah itu dilakukan home care ke pasien tersebut, dan benar saja ada masalah yang timbul.
Disamping itu, data yang didapat tidak sesuai dengan data yang tercatat terkait pasien PRB dan adanya kekhawatiran ketidakpatuhan peserta PRB dalam hal datang ke apotek untuk mengambil obat dan mengonsumsi obat tersebut.
“Awal itu peserta PRB yang kami layani hanya 5 pasien, timbul pertanyaan mengapa jumlah pasien yang ada dalam data PRB BPJS dengan data yang datang ke apotek berbeda. Tanpa berpikir panjang, 5 pasien ini fokus untuk kami telatenin. Pasti datang pemikiran, kami tidak yakin apakah bisa berjalan baik atau tidak kerja sama PRB dengan BPJS, profit atau tidak kedepannya, tetapi dicoba saja dulu daripada tidak sama sekali, akhirnya kita lakukan home care untuk ide awalnya, kita datangi pasiennya satu persatu, dan ternyata benar ada masalah. Kalau kita tidak home care ke peserta, kita tidak akan tahu ada masalah apa, mungkin ada kalanya ditemukan peserta tidak minum obat, atau malas ke apotek,” ucap Pharmacy Manager Kimia Farma 392 Tulungagung, Rizeka Mughrib Muhammad.
Sehingga kemudian dilakukan koordinasi antara Apotek Kimia Farma 392 Tulungagung dengan BPJS Kesehatan Tulungagung terkait kegiatan pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian.
Pharmaceutical care ini merupakan bentuk optimalisasi peran yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien dalam melakukan terapi pengobatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien.
Rizeka mengusulkan kepada BPJS Kesehatan untuk melakukan jemput bola melalui Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), yang kemudian menjadi sebuah inovasi Koordinasi Dokter, Apoteker melalui Senam dan Pengambilan Obat PRB atau disingkat Koper Sobat PRB.
“Saya bicara dengan pihak BPJS, terkait rencana jemput bola penyuluhan dan pemberian obat langsung dari apotek ke Puskesmas, jadi memudahkan pasien tidak jauh-jauh ke apotek. Mengapa ini dilakukan, karena letak geografis di Tulungagung letak antara FKTP dengan layanan apotek ada kalanya terlampau jauh. Maka dari itu pasien enggan mengambil obat. Program Koper Sobat PRB ini disamping untuk pengambilan obat langsung di Puskesmas, kami juga adakan penyuluhan dan konsultasi,” ujarnya.
Dengan adanya Koper Sobat PRB, Rizeka berharap fungsi apoteker sebagai pemantau obat bisa berjalan maksimal.
Apoteker dari apotek datang dan bertemu langsung dalam satu kegiatan Koper Sobat PRB, sehingga bisa mengedukasi peserta, apoteker juga akan mengingatkan cara minum obat dan sebagainya. Sebab target utamanya adalah untuk meningkatkan pasien aktif dari pasien pasif.
“Pasien pasif terdiri dari dua, yang pertama pasif karena dia tidak ke FKTP sama sekali, dan yang kedua ke FKTP tetapi tidak mengambil obat. Alhasil program PRB tidak jalan, karena mereka hanya periksa tetapi tidak minum obat,” terangnya.
Apabila dilihat dari sisi pelayanan, melalui Koper Sobat PRB ini, Rizeka ingin meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurutnya, kalau sudah sakit, semua aspek pasti terdampak, baik secara ekonomi, sosial dan lain-lain.
Kalau sudah sehat semua aspek pasti meningkat, contoh karena dia bisa bekerja lagi, dengan kata lain ekonomi meningkat, bisa bergaul dengan sekitar, dengan kata lain nilai sosial meningkat.
Sehingga, Rizeka berharap nantinya Koper Sobat PRB ini bisa diterapkan tidak hanya di wilayah kerja BPJS Kesehatan Cabang Tulungagung saja tetapi di wilayah lain dengan kendala dan masalah akan kondisi geografis yang ada. (adv/ar/ck)
Advertorial
Koper Sobat Program Rujuk Balik, Cara Kimia Farma Tulungagung Tingkatkan Kualitas Hidup Peserta
Kamis, 17 Juni 2021 7:35 WIB
“Saya bicara dengan pihak BPJS, terkait rencana jemput bola penyuluhan dan pemberian obat langsung dari apotek ke Puskesmas, jadi memudahkan pasien tidak jauh-jauh ke apotek. Mengapa ini dilakukan, karena letak geografis di Tulungagung letak antara FKTP dengan layanan apotek ada kalanya terlampau jauh. Maka dari itu pasien enggan mengambil obat. Program Koper Sobat PRB ini disamping untuk pengambilan obat langsung di Puskesmas, kami juga adakan penyuluhan dan konsultasi,”