Madiun (ANTARA) - Sebagai Kepala Puskesmas Krebet Kabupaten Madiun sekaligus menjadi dokter praktik perorangan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dr Erlina Sri Orbaningwati mengakui bahwa dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ataupun di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Segala upaya dilakukan demi memberikan pelayanan prima kepada pasien yang didominasi oleh peserta JKN-KIS tersebut. Dan semua tidak sia-sia ketika pada tahun 2016, Puskesmas Krebet menjadi FKTP terbaik kedua dalam kegiatan Jambore Pelayanan Primer BPJS Kesehatan dengan kategori Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).
"Semua kami lakukan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien. Contohnya seperti masalah antrean. Dulu memang ada komplain dari masyarakat ketika pakai antrean manual karena lama. Akhirnya kita beli mesin antrean sehingga dapat mempercepat antrean. Tapi memang untuk antrean online ini masih proses terintegrasi dengan aplikasi Mobile JKN milik BPJS Kesehatan," ujar dr Erlina.
Tak hanya itu, karena mengingat jumlah kunjungan pasien yang masuk didominasi dalam kategori risiko tinggi, maka upaya lain yang dilakukan Puskesmas Krebet adalah melengkapi pelayanan dengan fasilitas laboratorium. Dengan begitu, ketika pasien diharuskan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dapat langsung dilakukan di puskesmas tersebut.
"Karena di sini melayani rawat inap dan pelayanan yang kami berikan semaksimal mungkin, terkadang pasien enggan untuk diberikan rujukan. Hal itu disebabkan karena mereka yakin bahwa di sini mereka dapat tertangani dengan baik. Dan untuk kasus rujukan pun kami juga benar-benar selektif guna menekan angka rujukan ke rumah sakit," katanya.
Letak Puskesmas Krebet yang tidak berada di daerah perkotaan, ternyata telah membuat masyarakat sekitar sebagian besar sadar akan pentingnya mengikuti program JKN-KIS, meskipun tidak sedikit juga yang belum terdaftar sebagai peserta JKN-KIS. Oleh karena itu, tentunya edukasi untuk mengajak masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS juga dilakukan oleh puskesmas tersebut.
"Setiap ada orang periksa, dan itu bukan peserta JKN-KIS, justru kita sebagai tenaga kesehatan yang memikirkan masalah biayanya. Belum lagi jika di sini tidak bisa ditangani dan harus diberikan rujukan, biaya yang diperlukan juga pasti lebih banyak," katanya.
Oleh karena itu dia mengajak warga yang belum menjadi peserta JKN-KIS untuk segera mendaftarkan diri mengingat pentingnya program tersebut.
"Hal itu demi menjaga ketika suatu saat memerlukan jaminan pelayanan kesehatan kapanpun dan dimanapun," tutup dr Erlina. (*)