Nganjuk (ANTARA) - Anjing adalah hewan yang cukup pintar. Selain jadi hewan peliharaan, anjing juga bisa diajak untuk membantu manusia menjadi anjing pelacak, misalnya.
Komunitas Search and Rescue (SAR) Dog Jatim melatih beragam anjing, misalnya Doberman dan GSD (German Shepherd Dog) Working Line untuk menjadi pelacak membantu manusia mencari korban dalam musibah bencana.
kepiawaian anjing ini mencari korban tidak diragukan lagi. Hal itu terbukti saat pencarian korban bencana tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Bencana terjadi pada Ahad (14/2) malam. Saat warga banyak yang memilih tinggal di dalam rumah setelah hujan seharian melanda Kabupaten Nganjuk, termasuk di areal perbukitan di daerah itu.
Dusun Selopuro, Desa Ngetos, memang terletak di areal perbukitan. Beberapa rumah didirikan di atas bukit. Tak jarang bagian belakang rumah warga sudah dekat dengan tebing tinggi puluhan meter termasuk ada yang bagian belakang curam.
Ngeri sebenarnya melihat kondisi perbukitan. Namun, warga tetap membangun rumah untuk tempat tinggal.
Banyak orang yang tidak menduga, bencana tanah longsor bakal terjadi di perkampungan padat penduduk itu. Setidaknya terdapat 10 rumah rusak tertimpa reruntuhan tanah dari bukit setinggi 50 meter di belakang rumah mereka.
Bencana alam itu mengakibatkan 21 orang dinyatakan hilang dari 186 orang penduduk setempat. Mayoritas mereka tinggal di dalam rumah, berteduh dari hujan.
Bencana itu juga menjadi perhatian seluruh pihak. Dari berbagai kalangan ikut membantu mencari para korban. Basarnas, BPBD Kabupaten Nganjuk, TNI/Polri, hingga relawan bersatu padu mencari para korban.
Seluruh tenaga memang dicurahkan untuk pencarian korban. Namun, di sinilah pentingnya bantuan dari anjing pelacak.
Polri sebelumnya telah menurunkan anjing pelacak, membantu mencari korban. Namun, Basarnas juga mengontak SAR Dog Jatim mempercepat pencarian selama tujuh hari, sehingga diharapkan sebelum itu semua korban bisa ditemukan.
General Manager SAR Dog Jatim Gagah Surya Pamukti datang ke Nganjuk dengan rekannya membawa dua ekor anjing, yakni Krooz, jenis Doberman. Sedangkan satunya lagi adalah Achilez, jenis GSD Working Line.
Keduanya dibawa karena punya spesialisasi berbeda. Satunya mampu mengendus korban masih hidup hanya dari dari bau yang dikeluarkan seperti keringat, CO2, bau kulit, bahkan detak jantung. Satunya lagi mampu mengendus bau mayat.
Anjing itu sengaja dilatih sejak kecil, umur empat bulan agar mampu mencari korban di berbagai medan sulit.
Gagah menyebut pencarian korban dengan bantuan anjing pelacak masih sangat jarang. Terlebih lagi di Jatim. Awalnya belum ada komunitas atau regu SAR yang membidangi hal tersebut, sehingga SAR Dog didirikan.
Anjing-anjing itu dibawa ke lokasi bencana lalu akan menuntun handler (pengasuh) ke titik sesuai yang diendus oleh indra penciumannya.
Titik temuan korban bencana tanah longsor di Nganjuk tidak langsung dibuat satu titik melainkan dibentuk segitiga. Hal itu karena dimungkinkan korban tertimpa bangunan, sehingga menghalangi fokus pencarian dari anjing.
Namun, titik itu pun juga tidak mengecewakan. Buktinya, setelah proses pendeteksian oleh anjing pelacak yang kemudian ditindaklanjuti petugas, terbukti titik-titik tersebut benar adanya. Korban ditemukan.
Semua korban bencana pada Ahad (14/2) malam itu berhasil ditemukan hingga hari keenam pencarian, Jumat (19/2). Dari 21 orang, dua orang di antaranya selamat sedangkan sisanya meninggal dunia.
Tragedi tidak ada yang menginginkan. Namun, Gagah meneguhkan komitmen untuk membantu sesama, mencari para korban dengan bantuan anjing pelacak di komunitasnya. Misi itu adalah misi kemanusiaan.
Fokus temukan korban
Melatih anjing pelacak bukan perkara yang mudah. Selain harus dekat, melatihnya pun harus dengan hati agar terjadi ikatan yang baik antara pengasuh dengan anjing yang dilatihnya.
Tutu Puji Widodo yang merupakan Komandan Regu SAR Dog Jatim menyebutkan latihan rutin dilakukan setiap hari. Anjing dilatih melewati rintangan. Di alam, rintangan beragam misalnya besi, kawat, yang bisa menghambat pencarian.
"Jika tidak terbiasa otomatis dia (anjing) akan terganggu. Itu dibiasakan, ketangkasan, lompat, masuk terowongan. Jadi, latihannya tidak hanya pencarian," kata dia, Kamis (18/2).
Ajing pelacak juga mempunyai jadwal latihan rutin setiap pagi satu kali. Selain itu, makanan, vitamin juga diperhatikan. Anjing pelacak dilatih untuk tidak makan sembarangan. Terlebih lagi di lokasi bencana.
Saking menjaganya, setiap kali ada panggilan kemanusiaan membantu mencari para korban, urusan makan, minum pun selalu dibawakan bekal dari rumah. Demikian juga vitamin, rutin diberikan. Hal itu semata-mata menjaga daya tahan tubuh si anjing.
Stamina anjing juga harus dipastikan baik. Medan yang berat dalam pencarian korban tentunya juga membuat anjing butuh istirahat.
Pencarian korban dilakukan dalam rentang waktu 20 menit. Setelahnya, anjing harus istirahat lebih dari satu jam. Jika dipaksakan, anjing bisa sakit. Tentu imbasnya, menjadi tidak optimal membantu pencarian.
Bagi Puji Widodo, memastikan kesehatan anjing yang dilatihnya sangat penting. Untuk itu, perawatan juga diperlukan.
Sehabis pencarian, anjing akan langsung dimandikan agar bersih. Namun, di hari biasanya, anjing hanya dimandikan dua pekan sekali.
Perawatan dilakukan sebelum, saat operasi dan sesudahnya supaya tidak letih dan sakit.
Menjadi pengasuh bukan hal yang mudah bagi Puji Widodo. Selain harus bisa memahami anjingnya, juga harus paham kondisi di lokasi bencana.
Pencarian korban tanah longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, salah satu kendala adalah. cuaca dan hujan.
Titik-titik yang berhasil ditemukan, diduga ada korban, hilang begitu saja disapu hujan, begitu juga dengan partikel-partikel yang bisa diendus anjing ikut sirna.
Namun, karena si anjing sudah paham lokasinya, pencarian di hari selanjutnya langsung ke titik dimaksud dan terbukti korban berhasil ditemukan.
Ia bersyukur kondisi anjing yang dibawanya dalam keadaan baik. Setelah ini, anjing akan diistirahatkan untuk pemulihan kondisi.
Anjing akan diberi nutrisi tambahan agar daya tahan tubuhnya tidak turun.
Operasi pencarian dihentikan
Petugas gabungan Basarnas, TNI/Polri, BPBD Kabupaten Nganjuk, hingga relawan bahu membahu mencari korban tanah longsor yang sebelumnya dinyatakan hilang. Terdapat 21 orang penduduk setempat yang dinyatakan hilang.
Operasi pencarian itu membuahkan hasil yang gemilang. Sebanyak 21 korban berhasil ditemukan. Dua dalam keadaan selamat, sedangkan sisanya meninggal dunia.
Korban terakhir ditemukan setelah enam hari pencarian adalah seorang laki-laki, diidentifikasi bernama Darimun (80). Ia ditemukan meninggal dunia di sektor A.
Pada pukul 08.46 WIB, dievakuasi satu orang korban dalam keadaan meninggal dunia di sektor A (utara), kata Kepala Basarnas Jatim Hari Adi Purnomo di Nganjuk, Jumat.
Sebelumnya, seluruh jenazah setelah ditemukan langsung dibawa ke lapangan belakang puskesmas untuk dibersihkan. Jenazah lalu dishalatkan dan setelahnya dibawa ke pemakaman. Keluarga juga diizinkan untuk mendampingi.
Dengan ditemukannya seluruh korban, membuat lega petugas. Mereka bisa ditemukan dan dimakamkan secara layak. Keluarga pun sudah ikhlas dengan kejadian tersebut.
Kapolres Nganjuk AKBP Harviadhi Agung Pratama yang juga di lokasi posko utama di Kantor Kecamatan Ngetos, mengatakan berdasarkan standar operasional prosedur (SOP), apabila semua korban terdata sudah berhasil ditemukan, proses evakuasi dihentikan.
Sementara tanggap darurat bencana selama 14 hari akan tetap dilanjutkan, karena perlu dilakukan penanganan pengungsi.
Tugas pencarian para korban sudah berhasil. Saat ini, menunggu tindak lanjut Pemkab Nganjuk untuk merelokasi korban yang masih mengungsi.
Beberapa alternatif lokasi sebenarnya juga sudah dibuat oleh Pemkab.
Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi mengatakan beberapa skema telah disiapkan, antara lain dipindahkan ke Kecamatan Berbek, yang sudah dibangun terlebih dahulu oleh Dinas PUPR Kabupaten Nganjuk maupun akan tukar guling dengan tanah Perhutani yang masih di Kecamatan Ngetos.
Namun, rapat masih terus dilakukan guna membahas tempat tinggal baru untuk warga satu dusun itu. Daerah itu sebelumnya dihuni 186 orang hingga musibah itu terjadi dan menelan korban jiwa.*
Kejelian anjing pelacak endus korban longsor di Nganjuk
Jumat, 19 Februari 2021 20:06 WIB