Jakarta (ANTARA) - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly meminta seluruh insan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk menyelaraskan pola pikir serta meningkatkan etos kerja menjadi lebih baik lagi.
Hal tersebut dia sampaikan saat memberikan sambutan pada Upacara Peringatan Hari Bhakti Imigrasi (HBI) ke-71 di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Selasa.
“Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangatlah dibutuhkan (dalam mendukung kinerja Ditjen Imigrasi). Pendayagunaan seluruh sumber daya yang dimiliki haruslah berkesinambungan,” ucap Yasonna.
Selain itu, Yasonna juga meminta agar adanya pandemi COVID-19 dijadikan sebagai momentum untuk mengubah cara pandang dan pola perilaku para insan Imigrasi dalam bekerja.
Pandemi COVID-19, kata dia, bukan "freezing moment" untuk memaklumkan hal-hal yang dapat membuat jajaran Ditjen Imigrasi tidak bergerak maju.
“Gunakanlah 'freezing moment' ini untuk menguji kapabilitas individu, kapabilitas manajerial, serta kapabilitas struktural yang ada pada diri kita masing-masing maupun organisasi, yang nantinya dapat mewujudkan lompatan perubahan mengarah kepada Indonesia Maju,” ujar menteri berusia 67 tahun itu.
Tema yang digaungkan dalam peringatan HBI ke-71 yakni “Imigrasi Bersatu dalam Jarak, Menuju Indonesia Maju”.
Terkait hal tersebut, Yasonna mengatakan bahwa semangat menuju Indonesia Maju harus diejawantahkan dalam sebuah kebijakan yang dapat dilaksanakan pada seluruh lapisan birokrasi serta dalam tataran unit eselon I, khususnya Ditjen Imigrasi.
Indonesia Maju, kata dia, merupakan pondasi kinerja yang mengharuskan Ditjen Imigrasi mewujudkan empat hal, yakni kepastian dalam menghadirkan layanan serta pemanfaatan inovasi dalam pelaksanaan fungsi layanan keimigrasian, kepastian hukum dalam penegakan hukum keimigrasian.
“Ketiga, mewujudkan stabilitas keamanan melalui pencegahan, pengawasan, dan penindakan keimigrasian, dan terakhir menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat melalui reformasi birokrasi dan penguatan SDM yang mumpuni,” ucap Yasonna.
Sementara itu, Direktur Jenderal Imigrasi Jhoni Ginting menyampaikan dua hal yang menjadi perhatian jajarannya, yakni terkait inovasi dan manajemen risiko.
“Inovasi perlu terus dilakukan. Di tengah pandemi COVID-19 ini kita justru tertantang untuk melakukan inovasi berupa revolusi digital yang merupakan bagian 'internet of things',” kata Jhoni.
Sejumlah inovasi dalam konteks revolusi digital yang telah dan sedang dilakukan oleh Ditjen Imigrasi antara lain e-visa, e-persetujuan izin tinggal, e-mobile LHI (laporan harian intelijen), e-pengelolaan BMN, eazy passport, dan dashboard pimpinan untuk mengetahui semua transaksi layanan keimigrasian.
“Kedua, risiko adalah bagian dari kehidupan. Apakah dalam situasi pandemi atau tidak, selalu terdapat resiko dalam pengelolaan dan eksekusi kebijakan. Yang membedakannya mungkin adalah jenis, serta kadar-tinggi rendahnya resiko itu, karena itu manajemen risiko dan bukan penghilangan risiko yang harus ditekankan dan dilakukan,” kata Jhoni
Jhoni menegaskan pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan manajemen dalam memberikan pelayanan publik pada situasi pandemi, di antaranya penerapan protokol kesehatan ketika memberikan pelayanan kepada publik. (*)