Surabaya (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dr. Herlin Ferliana, M.Kes mendorong peranan keluarga, khususnya ayah dalam pencegahan pneumonia melalui imunisasi, untuk memenuhi target SDGs dengan penurunan angka kematian bayi maksimal 25 per 1.000 kelahiran.
Herlin di Surabaya, Selasa, menuturkan imunisasi merupakan program yang sangat efektif untuk memenuhi target SDGs dengan penurunan angka kematian bayi hingga maksimal 25 per 1.000 kelahiran. Apalagi pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita.
"Sebanyak 50 persen disebabkan streptococcus pneumoniae dan 20 persen disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b," kata Herlin dalam acara Edukasi Media dan Penyebaran Komunikasi Publik Peran Ayah dan Pencegahan Pneumonia pada Anak dengan Imunisasi di Surabaya
Ia mengatakan vaksin Pneumokokus Konyugasi (PCV) sudah diintroduksi di Indonesia. Dan semua diawali dengan demonstration program di Provinsi NTB dan Bangka Belitung serta selanjutnya diintroduksi secara nasional, yakni bertahap mulai 2020 sampai 2024.
"Vaksin PCV yang akan digunakan telah memiliki izin edar dari BPOM dan sertifikat halal dari IFANCA,” katanya, mengungkapkan.
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan kerja sama terpadu dengan semua pihak untuk mencapai imunisasi PCV yang sukses. Peran ayah sangat penting dalam kesuksesan imunisasi PCV itu.
Sementara itu, anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur Dr dr Dominicus Husada, SpAK menuturkan, seorang ayah di rumah memiliki peranan kunci menentukan kesehatan keluarga, termasuk pencegahan Pneumonia. Selama ini, pemaksimalan peran ayah belum banyak diangkat.
"Sosok ayah juga memiliki komunitas seperti pertemuan khusus kaum mereka, ada pengajian, rapat RT-RW di berbagai kompleks mereka," ujar dr Dominicus.
Ia melanjutkan, selama ini fokus kesehatan keluarga selalu saja fokus pada ibu si anak. Pasalnya, ibu yang merawat dan bersama si anak untuk jangka waktu yang lama sepanjang hari.
“Kombinasi peran ayah yang maksimal akan melengkapi sebuah keluarga dalam membangun pertahanan kesehatan,” jelasnya.
Sementara itu, Pneumonia merupakan keradangan pada paru-paru yang menyerang pernafasan. Pneumonia terjadi karena adanya infeksi yang berasal dari makhluk hidup asing yang masuk di tubuh seseorang dan menimbulkan proses penyakit.
“Penyebabnya bisa dari virus, bakteri, jamur, bahan kimia, bahan beracun maupun makhluk hidup kecil lainnya,” katanya, menjelaskan.
Ia menambahkan, Pneumonia begitu berbahaya karena menyerang saluran nafas. Proses penularannya pun bisa ditulari orang lain maupun ketika menghirup bahan berbahaya.
“Penyebarannya bisa lewat partikel droplet atau percikan ludah. Ketika seseorang bicara, batuk, bersin, maupun meludah. Bisa juga melalui partikel penyebab infeksi yang melayang di udara,” ungkapnya.
Dominicus juga menambahkan, Pneumonia menyerang bayi, anak-anak, sampai orang lanjut usia (lansia). Tentu, orang dengan sistem imun yang buruk akan lebih muda terkena Pneumonia.
"Jadi Penumonia ini menempati urutan pertama penyebab kematian balita di seluruh dunia. Bergantian dengan penyakit diare yang juga penyebab kematian bagi balita," katanya.