Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan penambahan fasilitas kesehatan yang ada di kabupaten/kota untuk perawatan pasien virus corona menyusul meningkatnya kasus COVID-19 di wilayah setempat dalam beberapa waktu terakhir.
"Ada kenaikan lagi, khusus di Jatim juga ada peningkatan by case atau kematian. Dari sisi kuratif, kami sudah diminta ibu gubernur (Khofifah Indar Parawansa) untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang cukup, contohnya Rumah Sakit Lapangan diperlebar," kata Ketua Gugus Kuratif COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi di Surabaya, Selasa.
Selain memperlebar Rumah Sakit Lapangan Indrapura Surabaya, Pemprov juga menyiapkan beberapa rumah sakit di daerah untuk dijadikan rumah sakit COVID-19, seperti RS Paru di Jember yang akan diresmikan pada tanggal 25 Desember mendatang.
"Kami juga telah meresmikan Rumah Sakit Lapangan di Malang dan mempertimbangkan Rumah Sakit Paru di Surabaya menjadi rumah sakit COVID-19 karena adanya ICU yang dapat dibuat sebagai High Care Unit (HCU)," ujarnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya itu mengungkapkan PT INKA telah menawarkan gerbong untuk dapat dijadikan sebagai ruang perawatan seperti di RS Lapangan.
"Beberapa kabupaten pun telah kami dijajaki untuk ditempati, yang paling cocok ya Kabupaten Nganjuk karena relnya ada. Tapi kami belum koordinasi ke Nganjuk," kata dr Joni.
Menurut Joni, ini sebagai upaya memberikan pelayanan dan isolasi yang tepat, sehingga kenaikan kasus bisa terkendali.
Untuk di RSUD Dr Soetomo pihaknya menargetkan adanya penambahan tempat tidur hingga 230. Saat ini RSUD Dr Soetomo telah mempunyai 200 tempat tidur yang digunakan untuk pasien COVID-19.
Dia mengungkapkan, saat ini rumah sakit yang dipimpinnya sedang merawat 128 pasien COVID-19. Dibanding bulan Oktober hanya 60 sampai 70 pasien. Namun sejak liburan pernah sampai 145 pasien.
Menurutnya pasien COVID-19 memang naik turun, karena ada yang sudah pulang, ada yang discharge yaitu perlu perawatan lanjutan meskipun sudah negatif COVID-19.
"Cukup banyak case discharge ini di Soetomo, oleh karen itu rumah sakit khusus COVID-19 sangat sulit. Harus ada kombinasi perawatan COVID-19 dan non-COVID-19," katanya.
Yang penting, kata Joni, harus ada ruang isolasi. Misalnya pasien udah tes PCR dua kali negatif, tapi masih butuh perawatan.
"Mau dikemanakan kalau tidak punya ruangan non-COVID-19. Jadi memang Soetomo kami desain untuk dua perawatan ini," ujarnya. (*)