Lamongan, Jatim (ANTARA) - Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, masuk dalam 10 besar daerah yang dianggap paling rawan dalam pelaksanaan Pilkada Serentak 2020, hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI beberapa waktu lalu di Jakarta.
Lamongan yang secara teritorial wilayah berada di pesisir pantai utara (pantura) Jatim ini, juga diindikasikan memiliki gesekan kuat di internal Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat.
Sebab dua dari tiga pasangan calon (paslon) yang maju di Pilkada 2020 merupakan mantan pejabat di wilayah itu, yakni Yuhronur Effendi yang merupakan mantan sekretaris daerah (sekda), serta Kartika Hidayati yang merupakan mantan wakil bupati setempat.
Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) Pilkada 2020 yang disampaikan Bawaslu RI diukur dari beberapa faktor, antara lain kondisi pandemik COVID-19 yang tidak melandai, proses pemutakhiran daftar pemilih yang belum komprehensif.
Kemudian peningkatan penyalahgunaan bantuan sosial, serta penggunaan teknologi informasi yang meningkat tanpa disertai penyediaan perangkat dan peningkatan sumber daya penyelenggara pemilihan.
Selain itu, wilayah yang dikenal dengan makanan khas soto dan sego boranan ini juga memiliki daya tarik tersendiri bagi penguasa, karena Lamongan dikenal dengan lumbung pangan Jawa Timur serta nasional.
Berdasarkan catatan pemkab setempat, Lamongan menjadi kabupaten penghasil padi terbesar di Jawa Timur, dan masuk 5 besar untuk nasional.
Produktivitas jagung tercatat sangat tinggi, mencapai 10 ton/hektare ditambah padi yang produktivitasnya mencapai 7,5 ton/hektare. Sehingga hal ini wajar, jika Lamongan menjadi wilayah yang seksi untuk diperebutkan oleh penguasa, khususnya di Jawa Timur.
Bupati Lamongan Fadeli pun mengakui bahwa wilayahnya menjadi daerah yang rawan dalam pelaksanaan Pilkada kali ini, namun demikian dirinya tetap menyakini bahwa Pilkada akan berjalan aman dan kondusif.
"Insya Allah situasi akan berjalan aman dan kondusif, masyarakat saat ini sudah paham betul tentang demokrasi. Oleh karena itu, ayo kita datang ke TPS untuk mencoblos pilihan kita masing-masing," kata Fadeli, usai melakukan pencoblosan bersama istrinya Makhdumah di TPS 01 Kelurahan Tlogoanyar, Rabu.
Fadeli yang sudah menjabat dua periode itu pun tidak tinggal diam untuk memastikan Pilkada 2020 berjalan aman.
Usai menggunakan hak pilihnya, dirinya bersama Kapolres Lamongan AKBP Harun, Dandim 0812 Lamongan Letkol Inf Sidik Wiyono, dan Kajari Lamongan Agus Setiadi melakukan pemantauan ke beberapa TPS di Lamongan.
Hasilnya, antusias masyarakat Lamongan dalam mensukseskan Pilkada cukup bagus, dan berharap 75 sampai 80 persen hak pilih masyarakat Lamongan disalurkan.
"Harapan saya setidaknya 75-80 persen hak pilih yang disalurkan, memang harapan KPU bisa di atas 77 persen. Tapi bagi saya, dalam kondisi pandemik dan situasi rawan hidrometeorologi seperti ini, di atas 70 persen juga sudah bagus", ungkap-nya.
Beberapa TPS yang telah dikunjungi di antaranya yakni TPS 01 Desa Sukoanyar Kecamatan Turi, TPS 01 Desa Menongo Dusun Keduwul dan TPS 01 Desa Balongtawun Dusun Jirekan Kecamatan Sukodadi, serta TPS 02 Desa Kebet dan TPS 11 Desa Made Kecamatan Lamongan.
"Apapun hasilnya, saya harapkan masyarakat bisa menerima dengan baik," ucap Fadeli menambahkan.
Hal yang sama ditegaskan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lamongan, Mahrus. Menurutnya, ancaman kerawanan yang disebutkan Bawaslu RI tidak terjadi, sebab dari pantauannya di beberapa TPS menunjukkan pelaksanaan Pilkada berjalan aman.
"Alhamdulillah, kami bersyukur beberapa TPS melaporkan kondisi-nya aman, dan ancaman kerawanan itu tidak terjadi," ujarnya.
Ia berharap, kondisi ini tetap terjaga sampai akhir pelaksanaan Pilkada di wilayah setempat. "Sampai saat ini kondisinya lancar, dan beberapa TPS sudah melakukan perhitungan suara, kami harapkan bisa lancar," ucap-nya berharap
Tidak terjadi
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Lamongan, Miftahul Badar mengakui, tingkat kerawanan Pilkada Lamongan yang dirilis Bawaslu RI didasarkan pada pelaksanaan pesta demokrasi sebelumnya.
Badar menyebut, pada Pilkada tahun 2015 ditemukan adanya penyelenggara pemilu tidak netral hingga harus menjalani sidang etik di Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP), serta adanya penyelewengan dana Pilkada, serta ASN yang tidak netral saat pemilihan kepala daerah digelar.
Tak hanya itu, disebutkan jika ada sejumlah petugas penyelenggara pemilu yang juga mendapatkan intimidasi dari oknum tertentu saat pemilihan berlangsung, baik pemilihan legislatif maupun Pilkada.
"Berangkat dari kejadian yang pernah terjadi pada tahun 2015, kami dari Bawaslu juga telah mempersiapkan agar hal itu tidak terjadi di Lamongan, khususnya pada pelaksanaan Pilkada saat ini," tutur-nya.
Sementara itu, 10 kabupaten/kota dengan kerawanan tertinggi yang dirilis Bawaslu RI masing-masing Kabupaten Manokwari (78,85), Kota Sungai Penuh (76,19), Kota Ternate (66,73), Kabupaten Kendal (65,39), Kabupaten Mamuju (65,14), Kota Tangerang Selatan (64,62), kemudian Kabupaten Lamongan (64,11), Kabupaten Teluk Wondama (63,87), Kabupaten Agam (63,42), dan Kabupaten Kotabaru (62,88).
Sementara itu, pelaksanaan Pilkada Lamongan diikuti tiga pasangan calon (paslon), masing-masing calon perseorangan Suhandoyo-Astiti Suwarni dengan nomor urut 1, kemudian nomor urut 2 paslon Yuhronur Effendi-KH Abdul Rouf (Yes-Bro), dan kemudian nomor urut 3 paslon Kartika Hidayati-Saim (Karsa).
Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada Lamongan 2020 sebanyak 1.038.756 jiwa, dengan rincian pemilih laki-laki 514.009 pemilih dan perempuan 534.747 pemilih yang tersebar di 474 desa dan kelurahan yang terbagi dalam 3.070 TPS.
Semoga kerawanan tertinggi yang dirilis oleh Bawaslu RI tersebut tidak terjadi di Lamongan.
Mencermati ancaman kerawanan Pilkada Lamongan
Rabu, 9 Desember 2020 20:27 WIB