Surabaya (ANTARA) - Universitas Surabaya (Ubaya) membantu petani Ashitaba atau Seledri Jepang di Desa Selotapak, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur untuk memberdayakan produk unggulan di masa pandeni dengan menciptakan produk-produk yang mudah dikonsumsi masyarakat.
"Tahun ini karena adanya wabah pandemi COVID-19 maka kegiatan ekspor terpaksa berhenti dan tidak memungkinkan untuk dilakukan," kata Ketua Tim Ubaya Prita Ayu Kusumawardhany SE MM di Surabaya, Kamis.
Prita mengungkapkan tim Ubaya sejak tahun lalu melakukan pendampingan yang merupakan Hibah Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah yang didanai oleh Kemenristekdikti tahun 2019-2021 dengan mengusung potensi Desa Selotapak dalam membudidayakan tanaman Ashitaba.
"Akhirnya kami berfokus dalam penguatan pasar domestik dan membantu meningkatkan konsumsi pangan lokal dengan menciptakan inovasi produk dari Ashitaba," ucap Prita
Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya ini mengatakan bahwa pasar domestik cenderung tidak membutuhkan bahan baku tetapi lebih tertarik dengan hasil olahan produk yang bisa dikonsumsi secara langsung.
"Pada tahun pertama, kami memastikan seluruh kebutuhan petani baik dari segi kualitas tanaman hingga kuantitas produksi yang memadahi melalui pengadaan mesin tepat guna. Kami juga telah membuat produk Ashitaba Leaves Tea dan kripik yang sudah dipasarkan hingga mancanegara. Produk Ashitaba Leaves Tea sudah terverifikasi halal," ujarnya.
Prita bersama anggota tim lainnya yaitu Hazrul Iswandi Lanny Kusumawidjaja dan Ardhia Deasy Rosita Dewi mencoba menciptakan beberapa inovasi produk Ashitaba yang dapat diproduksi dan dipasarkan oleh serikat tani Desa Selotapak.
Beberapa inovasi produk Ashitaba yang sedang dikembangkan dan dibuat yaitu permen kunyah (soft candy), kombucha, water kefir, dan tablet effervescent.
"Setiap produk yang dibuat tidak menghilangkan khasiat dari tanaman Ashitaba untuk mengobati beberapa penyakit seperti mencegah kolesterol, darah tinggi, tumor, dan jantung," tuturnya.
Anggota tim sekaligus dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya Ardhia mengungkapkan jika tanaman Ashitaba memiliki antioksidan yang tinggi karena mengandung senyawa flavonoid yang mampu mengurangi peradangan dalam tubuh.
Selain itu, Ashitaba cocok dikonsumsi saat pandemi COVID-19 untuk mengurangi risiko komorbid dan meningkatkan imunitas tubuh. Ditambah lagi, Ashitaba sangat baik bagi tubuh karena mengandung vitamin, mineral yang tinggi, kaya serat, dan antibakteri.
"Ashitaba mengandung anti bakteri dan menjadi pilihan tepat jika mengolahnya menjadi produk permen kunyah, sehingga berkhasiat dalam mengurangi bakteri yang ada di dalam rongga mulut," ujar Ardhia.
Dengan penciptaan inovasi produk dan penguatan pasar domestik dalam program ini maka menciptakan kebutuhan masyarakat Indonesia sendiri akan Ashitaba atau Seledri Jepang.
Selain itu, hasil panen petani di saat pandemi tidak bisa terserap dengan baik sehingga banyak tanaman Ashitaba atau Seledri Jepang tidak terpanen di lahan Desa Selotapak.
Ardhita bersama anggota tim lain berharap melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah ini petani Desa Selotapak tidak hanya bergantung pada kegiatan ekspor saja tetapi mulai menciptakan produk yang dibutuhkan pasar domestik. (*)