Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta kepada instansi bidang kebencanaan masing-masing BMKG, BPBD, Dishub, PU Cipta Karya, Binamarga, dan Dinas Sosial untuk mendetailkan mitigasi menyusul adanya potensi bencana akibat La Nina.
"Bedasarkan data dari BMKG, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan naik 25 persen," katanya usai memimpin rapat koordinasi kesiapsiagaan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, di Sidoarjo, Rabu.
Ia mengemukakan seluruh instansi terkait kebencanaan harus melakukan antisipasi bersama yang harus segera dibuat item yang lebih terukur, mulai dari hulu hingga hilir.
"Saya minta ini harus didetailkan, baik BMKG, BPBD, dinsos, dinas PU cipta karya, dinas kesehatan, hingga bappeda dan seluruh instansi kebencanaan untuk mengantisipasi adanya dampak yang terjadi. Ini sesuatu yang kompleks karena kebencanaan yang terjadi dapat mengakibatkan kemiskinan baru," ucapnya.
Ia juga menginstruksikan kepada jajarannya untuk segera memitigasi secara detail dari hulu hingga hilir dengan mulai menghitung seluruh potensi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor sosial, ekonomi dan kehidupan masyarakat, baik tempat evakuasi, dampak sosial dan ekonomi, seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya.
"Kalau bisa mendetailkan koordinasi secara operasional akan bagus dalam melangkah menangani kesiapsiagaan bencana. Kami tidak ingin terlambat merespons adanya fenomena La Nina," ucapnya.
Khofifah mengibaratkan, jika nantinya terjadi banjir, puting beliung, maupun longsor bisa melakukan evakuasi dimana saja dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Khofifah menghimbau kepada masyarakat agar tetap berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, sambaran petir, pohon tumbang dan jalan licin.
"Intinya kami ingin masyarakat tetap waspada, namun harus tetap tenang dan jangan panik," katanya.
Ia juga akan memimpin apel kesiapsiagaan di tiga titik daerah, yakni satu titik di daerah Mataraman, satu titik di daerah tapal kuda dan satu titik di daerah pantura.
Nantinya, dalam apel tersebut akan di-breakdown kesiapsiagaan yang harus dilakukan oleh BPBD, tagana serta terkonfirmasinya kepala daerah dalam peta terdampak adanya fenomena La Nina, MJO dan hidrometeorologi.
"Kami akan melakukan apel secara simultan bersama BPBD dan tagana serta 22 kabupaten/kota di Jatim. Jadi kami akan melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sehingga masyarakat tetap tenang dan tidak panik," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Kepala BMKG Tanjung Perak Taufiq mengatakan La Nina bukan merupakan badai, melainkan fenomena kenaikan suhu muka laut di pasifik utara yang membawa perubahan cuaca di Indonesia.
"Kami ingin semua melakukan deteksi lebih dini agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.
"Bedasarkan data dari BMKG, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan naik 25 persen," katanya usai memimpin rapat koordinasi kesiapsiagaan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, di Sidoarjo, Rabu.
Ia mengemukakan seluruh instansi terkait kebencanaan harus melakukan antisipasi bersama yang harus segera dibuat item yang lebih terukur, mulai dari hulu hingga hilir.
"Saya minta ini harus didetailkan, baik BMKG, BPBD, dinsos, dinas PU cipta karya, dinas kesehatan, hingga bappeda dan seluruh instansi kebencanaan untuk mengantisipasi adanya dampak yang terjadi. Ini sesuatu yang kompleks karena kebencanaan yang terjadi dapat mengakibatkan kemiskinan baru," ucapnya.
Ia juga menginstruksikan kepada jajarannya untuk segera memitigasi secara detail dari hulu hingga hilir dengan mulai menghitung seluruh potensi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor sosial, ekonomi dan kehidupan masyarakat, baik tempat evakuasi, dampak sosial dan ekonomi, seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya.
"Kalau bisa mendetailkan koordinasi secara operasional akan bagus dalam melangkah menangani kesiapsiagaan bencana. Kami tidak ingin terlambat merespons adanya fenomena La Nina," ucapnya.
Khofifah mengibaratkan, jika nantinya terjadi banjir, puting beliung, maupun longsor bisa melakukan evakuasi dimana saja dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Khofifah menghimbau kepada masyarakat agar tetap berhati-hati terhadap dampak bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, sambaran petir, pohon tumbang dan jalan licin.
"Intinya kami ingin masyarakat tetap waspada, namun harus tetap tenang dan jangan panik," katanya.
Ia juga akan memimpin apel kesiapsiagaan di tiga titik daerah, yakni satu titik di daerah Mataraman, satu titik di daerah tapal kuda dan satu titik di daerah pantura.
Nantinya, dalam apel tersebut akan di-breakdown kesiapsiagaan yang harus dilakukan oleh BPBD, tagana serta terkonfirmasinya kepala daerah dalam peta terdampak adanya fenomena La Nina, MJO dan hidrometeorologi.
"Kami akan melakukan apel secara simultan bersama BPBD dan tagana serta 22 kabupaten/kota di Jatim. Jadi kami akan melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sehingga masyarakat tetap tenang dan tidak panik," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Kepala BMKG Tanjung Perak Taufiq mengatakan La Nina bukan merupakan badai, melainkan fenomena kenaikan suhu muka laut di pasifik utara yang membawa perubahan cuaca di Indonesia.
"Kami ingin semua melakukan deteksi lebih dini agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.