Surabaya (ANTARA) - Tes massal COVID-19 berupa rapid test dan swab yang digelar Badan Intelijen Negara (BIN) di Kota Surabaya, Jawa Timur, diperpanjang hingga satu minggu ke depan.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Irvan Widyanto, di Surabaya, Minggu, mengatakan langkah ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Surabaya.
"Sedangkan untuk lokasinya bakal diutamakan di wilayah pemukiman yang dinilai ada pandemi," katanya.
Menurut dia, ada 34 klaster permukiman di Kota Surabaya yang perlu dilakukan rapid test atau tes cepat massal. Dari pelaksanaan tes massal yang digelar BIN selama sembilan hari ini, Irvan menyebut sudah menjangkau di sebagian besar klaster permukiman.
Untuk itu, lanjut dia, bagi warga yang hasil uji cepatnya dinyatakan reaktif, Dinas Kesehatan Surabaya langsung melakukan pelacakan dan pendataan serta mengarahkan warga itu untuk isolasi mandiri.
Irvan menyebut jika kondisi rumahnya tidak layak untuk ruang isolasi, pemkot telah menyediakan tempat di hotel. Namun begitu, lanjut dia, jika rumahnya dalam kondisinya layak, mereka diminta untuk isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan puskesmas setempat.
"Isolasi mandiri bukan hanya diawasi teman-teman pemerintah kota, TNI dan Polri, tapi sekarang diawasi juga warga sendiri dengan terbentuknya Kampung Wani Jogo Suroboyo," ujarnya.
Sementara itu, anggota BIN di Jatim yang enggan disebut namanya membenarkan jika tes cepat COVID-19 massal diperpanjang sampai kurva di Surabaya melandai.
"Untuk hari ini ada dua kegiatan tes massal digelar di Kecamatan Kenjeran dan depan kantor SCTV Jalan Patimura," katanya.
Pelaksanaan tes cepat massal di Kenjeran Surabaya pada Sabtu (6/6) diikuti ikuti 711 orang. Dari jumlah tersebut yang dinyatakan reaktif sekitar 152 orang (21,4 persen ). Sedangkan rapid test di Teminal Bus Sunan Ampel Surabaya diikuti 835 orang dan yang dinyatakan reaktif sekitar 109 orang (13,1 persen).