Di Blitar, pemkab dorong petani budi daya Pisang Cavendish
Selasa, 21 Januari 2020 20:18 WIB
Ada pengembangan kemitraan dengan petani termasuk di beberapa kecamatan, salah satunya di Kecamatan Selopuro
Blitar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mendorong petani di kabupaten ini untuk budi daya Pisang Cavendish, mengingat potensi penjualan buah itu cukup besar terlebih lagi untuk ekspor.
"Jadi ini memang program pengembangan Pisang Cavendish sudah lama. Ada pengembangan kemitraan dengan petani termasuk di beberapa kecamatan, salah satunya di Kecamatan Selopuro," kata Bupati Blitar Rijanto di Blitar, Selasa.
Bupati saat kegiatan pengefektifan izin hortikultura dan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama pengembangan lahan budi daya hortikultura di Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar tersebut mengatakan, Kecamatan Selopuro dijadikan sebagai salah satu lokasi demplot, dengan luas lahan hingga 4 hektare. Nantinya, petani di beberapa kecamatan lain juga akan menyusul untuk menanam jenis pisang ini.
Beberapa daerah itu misalnya Kecamatan Gandusari, Doko, Selopuro, dan Kesamben dengan potensi pengembangan lahan sekitar 80 hektare. Ke depan, diharapkan bisa lebih besar lagi hingga 140 hektare.
Bupati mengatakan, prospek tanaman Pisang Cavendish cukup baik. Terlebih lagi, tanah di Kabupaten Blitar juga cukup bagus ditanami jenis tanaman apapun termasuk hortikultura. Penanaman jenis tanaman itu juga dipastikan tidak mengganggu komoditas lainnya.
"Saya kira tidak (mengganggu komoditas tanaman lainnya), karena Blitar ini ditakdirkan jadi daerah agraris. Yang contoh di Blitar selatan yang awalnya tandus, tapi dengan kerja keras masyarakat tanaman cabai, melon, bawang merah bisa hidup. Ini karena kerja keras mereka untuk mengembangkan hortikultura," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Hadi Sulistyo menambahkan, di Jatim terdapat sejumlah daerah yang tanaman Pisang Cavendish cukup luas yakni Kabupaten Lumajang, Banyuwangi, Jember, Malang dan Blitar.
Ia mengatakan, pasar luar negeri untuk komoditas pisang ini cukup besar. Misalnya di Arab Saudi. Pisang menjadi salah satu buah yang sering digunakan untuk melengkapi katering. Untuk itu, potensi penjualan juga jelas.
Untuk Pisang Cavendish di Jatim, pada 2019 total produksi mencapai 20 juta kuintal dengan luas panen 23 juta tanaman pisang. Kontribusi nasional mencapai 28,36 persen dan hingga kini terus berkembang.
"Sudah lima tahun lalu jenis pisang ini diminati pihak luar. Yang dijaga untuk ekspor itu adalah kontinuitas. Misalnya di Arab Saudi, mintanya lima kontainer maka harus konsisten. Dari sana (Arab Saudi) sempat sampaikan kenapa dari Jatim terbatas, jadinya (mereka) lari ke Filiphina," kata dia.
Dalam kegiatan tersebut, juga berlangsung penandatanganan nota kesepahaman kerjasama pengembangan lahan budi daya hortikultura PT Nusantara Segar Abadi.
Dalam kesempatan tersebut, juga berlangsung penanaman bibit tanaman pisang perdana. Petani juga akan mendapatkan pendampingan terkait budi daya tanaman pisang ini, sehingga memenuhi kualitas ekspor. Petani juga tidak perlu khawatir untuk penjualan, sebab sudah ada perusahaan yang siap menjualkan hasil panen mereka.
Untuk kebutuhan akan bibit, diperbanyak dengan sistem kultur jaringan. Usia tanaman pisang ini mulai dari penanaman hingga panen sekitar delapan bulan. Nilai jual pisang ini juga lebih mahal ketimbang pisang jenis lainnya.
Selain dihadiri Bupati Blitar Rijanto, juga hadir Wakil Bupati Blitar Marhaenis, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono, sejumlah kepala daerah di Jatim dan tamu undangan lainnya. (*)
"Jadi ini memang program pengembangan Pisang Cavendish sudah lama. Ada pengembangan kemitraan dengan petani termasuk di beberapa kecamatan, salah satunya di Kecamatan Selopuro," kata Bupati Blitar Rijanto di Blitar, Selasa.
Bupati saat kegiatan pengefektifan izin hortikultura dan penandatanganan nota kesepahaman kerjasama pengembangan lahan budi daya hortikultura di Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar tersebut mengatakan, Kecamatan Selopuro dijadikan sebagai salah satu lokasi demplot, dengan luas lahan hingga 4 hektare. Nantinya, petani di beberapa kecamatan lain juga akan menyusul untuk menanam jenis pisang ini.
Beberapa daerah itu misalnya Kecamatan Gandusari, Doko, Selopuro, dan Kesamben dengan potensi pengembangan lahan sekitar 80 hektare. Ke depan, diharapkan bisa lebih besar lagi hingga 140 hektare.
Bupati mengatakan, prospek tanaman Pisang Cavendish cukup baik. Terlebih lagi, tanah di Kabupaten Blitar juga cukup bagus ditanami jenis tanaman apapun termasuk hortikultura. Penanaman jenis tanaman itu juga dipastikan tidak mengganggu komoditas lainnya.
"Saya kira tidak (mengganggu komoditas tanaman lainnya), karena Blitar ini ditakdirkan jadi daerah agraris. Yang contoh di Blitar selatan yang awalnya tandus, tapi dengan kerja keras masyarakat tanaman cabai, melon, bawang merah bisa hidup. Ini karena kerja keras mereka untuk mengembangkan hortikultura," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Hadi Sulistyo menambahkan, di Jatim terdapat sejumlah daerah yang tanaman Pisang Cavendish cukup luas yakni Kabupaten Lumajang, Banyuwangi, Jember, Malang dan Blitar.
Ia mengatakan, pasar luar negeri untuk komoditas pisang ini cukup besar. Misalnya di Arab Saudi. Pisang menjadi salah satu buah yang sering digunakan untuk melengkapi katering. Untuk itu, potensi penjualan juga jelas.
Untuk Pisang Cavendish di Jatim, pada 2019 total produksi mencapai 20 juta kuintal dengan luas panen 23 juta tanaman pisang. Kontribusi nasional mencapai 28,36 persen dan hingga kini terus berkembang.
"Sudah lima tahun lalu jenis pisang ini diminati pihak luar. Yang dijaga untuk ekspor itu adalah kontinuitas. Misalnya di Arab Saudi, mintanya lima kontainer maka harus konsisten. Dari sana (Arab Saudi) sempat sampaikan kenapa dari Jatim terbatas, jadinya (mereka) lari ke Filiphina," kata dia.
Dalam kegiatan tersebut, juga berlangsung penandatanganan nota kesepahaman kerjasama pengembangan lahan budi daya hortikultura PT Nusantara Segar Abadi.
Dalam kesempatan tersebut, juga berlangsung penanaman bibit tanaman pisang perdana. Petani juga akan mendapatkan pendampingan terkait budi daya tanaman pisang ini, sehingga memenuhi kualitas ekspor. Petani juga tidak perlu khawatir untuk penjualan, sebab sudah ada perusahaan yang siap menjualkan hasil panen mereka.
Untuk kebutuhan akan bibit, diperbanyak dengan sistem kultur jaringan. Usia tanaman pisang ini mulai dari penanaman hingga panen sekitar delapan bulan. Nilai jual pisang ini juga lebih mahal ketimbang pisang jenis lainnya.
Selain dihadiri Bupati Blitar Rijanto, juga hadir Wakil Bupati Blitar Marhaenis, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono, sejumlah kepala daerah di Jatim dan tamu undangan lainnya. (*)