Jember (ANTARA) - Puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Keting 2 di Kabupaten Jember, Jawa Timur, terpaksa mengikuti kegiatan belajar di tempat darurat yakni di mushala dan perpustakaan sekolah setempat pada Senin pascaambruknya atap salah satu ruang kelas di sekolah setempat pada Sabtu (14/12).
"Ada dua tempat darurat yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KMB), yakni mushala digunakan untuk siswa kelas 6, sedangkan kelas 3 menggunakan ruangan perpustakaan yang sempit," kata Kepala SDN Keting 2 Sartam di Jember, Senin.
Atap ruang kelas 5 SDN Keting 2 yang berada di Desa Keting, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, tiba-tiba ambruk pada Sabtu (14/12) pagi, padahal ruang kelas tersebut baru selesai direnovasi.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut karena para pelajar berada di luar kelas untuk latihan upacara, sedangkan guru-guru bersiap untuk mengikuti kegiatan apel akbar dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional di lapangan Universitas Jember (Unej).
"Ada dua ruang kelas yang selesai direnovasi yakni ruang kelas 5 dan ruang kelas 6, namun kami khawatir atap ruang kelas 6 juga ikut ambruk karena pengerjaannya satu paket dan dindingnya mengalami keretakan, sehingga kami memindahkan siswa kelas 6 ke mushala yang lebih aman," tambahnya.
Menurutnya, ruangan perpustakaan sempit dan tidak cukup untuk menampung siswa kelas 5, sehingga yang menempati ruang perpustakaan adalah siswa kelas 3 yang jumlah siswanya hanya belasan, sedangkan kelas 5 menempati ruang kelas 3.
"Meskipun atap ruang kelas 5 ambruk, kami tetap harus melakukan KBM di SDN Keting 2 Jombang, sehingga tempat darurat digunakan untuk kegiatan belajar siswa dengan cara duduk di lantai (lesehan)," terangnya.
Sartam menjelaskan, sebagian anak-anak masih trauma melihat atap ruang kelasnya yang ambruk, bahkan ada beberapa siswa yang tidak masuk sekolah, sehingga pihak guru memberikan penjelasan untuk memberikan motivasi kepada para siswa untuk giat belajar di sekolah.
"Kami berharap perbaikan ulang ruang kelas SDN Keting 2 nantinya tidak dilakukan asal-asalan karena dapat membahayakan anak-anak yang sedang belajar di ruang kelas," ujarnya.
Sementara salah seorang siswa kelas 3 SDN Keting 2, Vanesha mengaku kurang nyaman belajar di perpustakaan karena ruangannya yang sempit dan tidak menggunakan bangku-kursi untuk kegiatan belajar, sehingga berdesak-desakan dengan teman yang lainnya.
"Saya tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan kurang berkonsentrasi, sehingga kami berharap bisa kembali belajar di ruang kelas seperti semula," katanya.