Surabaya (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Prof Masdar Hilmy mengaku prihatin dan bersedih atas penetapan Menpora Imam Nahrawi, sebagai tersangka kasus suap terkait penyaluran bantuan kepada KONI tahun anggaran 2018.
Masdar dikonfirmasi di Surabaya, Kamis mengatakan, dirinya tidak menduga dan tidak mengetahui atas apa yang menimpa Ketua Umum Ikatan Alaumni UINSA tersebut.
"Kami tidak menduga ya, semuanya kita tidak tahu lah apa yang terjadi di sana biar menjadi domain hukum. Yang jelas Pak Nahrawi sebagai alumni tentu saja kami sangat bersedih, kami terpukul," ujar Masdar.
Masdar menyatakan, Imam Nahrawi merupakan sosok yang baik, perhatian, dan peduli terhadap lingkungan institusi, dan almamater.
Mengenai kasus yang dipersangkakan terhadap Imam Nahrawi, Masdar merasa tidak memiliki otoritas untuk berkomentar, dan menyerahkan sepenuhnya kepada penegak hukum.
"Bahwa ada persoalan yang dipersangkakan kepadanya ini sama sekali saya tidak memiliki otoritas untuk komentar. Di luar itu secara personal, Imam Nahrawi ini sangat tawaduk, selalu berkomunikasi secara aktif dengan para guru di kampus," ujar Masdar.
Dia mengungkapkan, terakhir kali bertemu Imam Nahrawi adalah di Arab Saudi saat menjalankan ibadah haji. Saat itu, Imam berkesempatan menghadiri pmbentukan Ikatan Alumni UINSA cabang istimewa Arab Saudi.
"Waktu itu, ya memang tidak terlihat lah dalam guratan-guratan wajahnya, tidak tampak orang yang punya beban sebegitu beratnya. Itu makanya kami waktu itu juga berprasangka baik mudah-mudahan tidak ada apa-apa begitu," kata Masdar.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi sebagai tersangka kasus suap terkait Penyaluran Bantuan kepada KONI tahun anggaran 2018.
Imam ditetapkan tersangka bersama asisten pribadinya Miftahul Ulum. KPK telah menahan Ulum pada pekan lalu.(*)